Sebuah pasangan muda yang baru menikah 5 tahun mengajukan surat permintaan perceraian. Di hadapan konselor, mereka mengaku tidak ingin melanjutkan rumah tangga mereka. Kata mereka, “Sudah tidak ada gunanya melanjutkan lagi.”

Sang konselor kemudian menatap mereka dengan tajam. Tatapan itu membuat mereka yang tadinya bertengkar menjadi bingung dan terdiam.

Lalu konselor bertanya, “Apakah kalian cerai karena ada perselingkuhan?”

“Tidak,” jawab mereka sambil melirik satu dengan yang lain.

“Apakah suamimu melakukan kekerasan dengan kata-kata atau tindakan?”

“Tidak,” jawab sang isteri.

“Apakah isterimu tidak lagi menghargai pekerjaanmu dan tidak peduli lagi?”

“Tidak,” jawab sang suami.

“Apakah kamu benar-benar tidak lagi saling menyayangi?”

Mereka terdiam. Saling menatap satu dengan yang lain.

Sang konselor merobek surat permintaan cerai dan mengatakan pada pasangan tersebut, “Jangan pernah melakukan perceraian hanya karena asumsi pribadi tentang pasangan kalian. Pulanglah, makan bersama dan beranilah terbuka satu dengan yang lain.” jawabnya menutup perbincangan.

Apakah Anda mengerti apa yang saya maksudkan? Bayangkan, hanya untuk sebuah perceraian tidak lagi dibutuhkan masalah yang besar seperti perselingkuhan atau KDRT. Cukup asumsi yang salah terhadap satu dengan yang lain dapat memudarkan cinta yang dulu pernah ada.

Ada banyak rumah tangga hari ini yang bercerai hanya karena masalah kecil. Hal-hal ini terlihat kecil namun jangan pernah mencoba untuk mengabaikannya. Pengabaian dapat melahirkan masalah besar. Sebagaimana sebutir korek api dapat menghanguskan seisi rumah, demikian juga masalah kecil yang sering diabaikan dalam keluarga.

Ada banyak hal kecil yang sering diabaikan dalam rumah tangga. Berikut ini adalah Ada empat hal kecil yang tidak boleh diabaikan jika anda tidak ingin cinta dalam keluarga anda hilang perlahan.

Keegoisan

Sadarkah kita bahwa sifat egois kita sering kali bisa menjadi pemicu hilangnya rasa cinta dalam rumah tangga?

Keegoisan adalah perasaan ingin menguasai pasangannya, mengontrolnya dan menginginkannya menuruti semua perintah pasangannya. Egois membuat seseorang tinggi hati. Akibatnya jika ada masalah, enggan untuk berdamai.

Ini akar pemicu hilangnya cinta. Bahkan dalam hal seks-pun juga bisa terjadi keegoisan. Seorang wanita datang kepada seorang konselor dan meminta pertimbangan atas perilaku suaminya yang setiap malam meminta jatah seks sekalipun sang isteri sedang tidak ingin. Itu menjadi permintaannya tiap malam dan jika tidak dipenuhi, suaminya akan marah berhari-hari. Akibatnya sang isteri selalu memberikan pelayanan seksual bukan atas dasar cinta, melainkan terpaksa.

Semakin lama diperlakukan seperti itu, sang isteri merasa kehilangan nuansa cinta dalam rumah tangga. Itu karena keegoisan. Pasangan seharusnya saling menghargai dan memahami kebutuhan masing-masing. Keegoisan hanya menuntut pemuasan diri secara sepihak.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here