Saya akan berusaha mempertahankan minat Anda dengan memperkenalkan Anda kepada Charles J. Whitman. Pada headline surat kabar Amerika ‘Daily News’ berbunyi: Penembak Jarak Jauh Yang Membunuh 15 Orang, Melukai 31, Terbunuh dalam Teror 80 Menit di Universitas Texas.

Intinya, si Bapak Charles ini jadi pembunuh massal. Diawali dengan membunuh ibunya sendiri, kemudian istrinya, lalu ia naik ke menara Universitas Texas dan membunuh 15 orang, sampai ia mati ditembak polisi. Padahal lelaki ini memiliki segudang prestasi dan kecerdasan yang tinggi. Surprised?

Lelaki ini di masa mudanya tercatat berprestasi dengan :
. Score IQ sangat tinggi (6 tahun).
. Pianis handal (12 tahun).
. Eagle Scout termuda (12 tahun).
. Altar Boy.
. Good Conduct Medal (ketika bergabung dalam ketentaraan).

Score IQ tinggi menunjukkan kecerdasannya yang sangat keren.

Menjadi pianis handal di usia muda menunjukkan bahwa ia memiliki kecerdasan musik (salah satu tipe kecerdasan dalam teori Multiple Intelligences oleh Howard Gardner).

Eagle Scout adalah penghargaan tertinggi untuk pramuka di Amerika. Menunjukkan ia memiliki kemampuan memimpin, ketangkasan, kemampuan berkomunikasi, dll, yang baik.

Altar Boy adalah semacam petugas dalam misa agama Katolik, yang menunjukkan ia dibesarkan dalam keluarga yang mengenal Tuhan dan sering pelayanan di gereja

Good Conduct Medal menunjukkan ia berperilaku baik dan jadi teladan selama ikut ketentaraan.

Beruntungnya, Gubernur Texas saat itu menaruh perhatian besar terhadap kasus ini. Beliau heran, kok bisa ya pemuda dengan riwayat hidup gemilang dan tampak baik-baik saja bisa menjadi seorang pembunuh massal? Akhirnya beliau menugaskan satu tim dengan berbagai keahlian untuk meneliti kemungkinan penyebab, latar belakang, dll.

Dari hasil wawancara dengan ayah, tetangga, dan guru-guru Charles J. Whitman semasa kecil, didapatkan fakta berikut:

  1. Ayah Charles adalah seorang pria yang “serius” dan tidak memiliki selera humor. Sangat dominan dan tegas.
  2. Charles tidak pernah diberikan kesempatan bermain bersama teman-temannya di rumah.
  3. Menurut tetangganya, Charles tampak tak bisa menjalin hubungan sosial.
  4. Menurut guru-gurunya, Charles berprestasi dan pandai dalam komunikasi verbal. Namun, ia tidak bisa menjalin hubungan take-and-give. Misalnya, Charles bisa meniru ekspresi teman-temannya saat bermain, tetapi tidak bisa menunjukkan inisiatif untuk mengajak bermain duluan atau berinisiatif bermain sesuai keinginannya sendiri.

Setelah mempelajari riwayat Charles Whitman, Stuart Brown mengadakan riset yang kemudian dituangkannya dalam bukunya yang berjudul “Most People Learn Civil Behaviour in Childhood”. Riset itu melibatkan 26 laki-laki yang dipenjara karena pembunuhan. Ia memiliki dua hipotesis:

  1. Seseorang menjadi kriminal karena memiliki anggota keluarga yang juga kriminal.
  2. Seseorang menjadi kriminal karena masa kecilnya kurang bahagia dan kurangnya kesempatan bermain.

Saya menemukan sebuah kutipan menarik menyangkut hal ini:

“Sometimes it is okay to let our kids be kids. We need to stop worrying and just let our kids play whatever they like.” -izasoleroficial-

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here