Dalam berbagai kesempatan, iklan-iklan di televisi dan di YouTube gencar menayangkan berbagai produk makanan dan minuman, dari yang murah sampai yang paling mahal harganya. Di stori-stori Facebook dan Instagram pun bermunculan iklan produk suplemen yang memerkenalkan makanan yang bisa membuat tubuh kekar, indah dan sebagainya. Hari ini kita menemukan bahwa masyarakat sudah sadar akan “pola hidup sehat”, seperti yang tersirat dalam ungkapan “Anda adalah apa yang Anda makan”.
Namun, sayangnya, hanya sedikit orang yang memahami bahwa pikiran kita juga perlu diisi dengan sesuatu yang baik. Kita kadang lupa bahwa pikiran ini perlu nutrisi setiap hari, supaya ia tetap waras.
Menjaga Pikiran Lewat Membaca
Dengan pikiran yang baik, pasti kita akan akan mengawali hari dengan baik pula. Salah satu cara menjaga pikiran agar tetap ‘waras’ setiap hari adalah dengan membaca. Ya, kita harus membaca buku–apa saja itu. Kita bisa mengawali aktivitas dengan bacaan bermutu, supaya pikiran kita terus menangkap informasi-informasi yang menguntungkan diri kita.
Dalam sebuah diskusi tentang budaya literasi, yang di gagas oleh pengurus Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Kalimantan Utara (IKPMKU) di Yogyakarta bulan April lalu, saya mendapat beberapa pertanyaan dari moderator acara dan juga dari peserta, misalnya tentang bagaimana budaya bisa mempengaruhi pendidikan lewat buku dan bagaimana cara menimbulkan minat baca dan menulis di kalangan mahasiswa.
Orang yang terbiasa membaca buku setiap hari, cara berpikirnya pasti akan mengalami perubahan. Saya mengakui itu. Lewat membaca, kita diantarkan pada temuan-temuan informasi yang baru dan segar.
Aktivitas membaca itu sebenarnya sederhana. Kita hanya perlu satu buku untuk dibuka setiap hari, “menyulam” satu persatu kata, kalimat, dan paragraf yang tersusun rapi di sana menjadi sebuah pemikiran. Saya jadi teringat pada kata Najua Shihab, “ Cuma perlu satu buku untuk jatuh cinta pada membaca. Cari buku itu, mari jatuh cinta!”
