“Saya dulu bekas pecandu narkoba,” ujar seorang pria kepada pacarnya.
“Saya dari keluarga broken. Terus terang, keluargaku lagi mengalami kesulitan keuangan. Itulah sebabnya saya harus kost meski sama-sama tinggal di kota ini. Saya harus ikut menanggung utang keluarga,” ujar seorang sales kepada calon istrinya.
“Pak Xavier, saya takut mengungkapkan kepada pacar saya bahwa saya sudah tidak perawan lagi. Saya dulu memang nakal, Pak. Sekarang saya menyesal. Saya takut diputuskan. Bagaimana enaknya?” ujar seorang gadis yang tidak lama lagi akan menikah.
Jika Anda menjadi salah satu dari tiga contoh kasus nyata di atas, haruskah Anda menceritakan ‘aib’ atau sisi gelap Anda kepada calon istri/suami Anda?
Dari pengalaman saya mengkonseling orang, ada beberapa hal yang perlu Anda pertimbangkan sebelum membuka ‘aib’ Anda kepada calon pasangan Anda seumur hidup.
1. Terbuka tidak berarti telanjang
Itulah yang sering saya katakan kepada orang yang datang kepada saya. Artinya:
Tidak semua hal perlu diceritakan kepada pacar kita. Bahkan setelah menikah pun ada masa gelap kita yang tidak harus diungkapkan kepada pasangan.
Ini contohnya. Seorang suami mengaku kepada istrinya bahwa dia pernah selingkuh. Istrinya keluar rumah dan tidak pernah kembali. Tidak lama kemudian sang suami dihubungi pihak kepolisian yang melaporkan bahwa istrinya mengakhiri hidupnya dengan menabrakkan dirinya sendiri ke kereta api yang sedang lewat.