Suami saya seorang pro-gamer yang dituntut untuk mengikuti berbagai pertandingan, mulai dari skala lokal nasional bahkan internasional. Tak jarang ia pergi ke luar kota bahkan ke luar negeri untuk bertanding. Kadang ia pulang membawa hadiah, tapi tak jarang pula ia pulang dengan tangan kosong.
Walau dana yang dikeluarkan untuk mengikuti pertandingan itu tidak begitu besar jika dibandingkan dengan dana yang dikeluarkan oleh para capres dan cawapres kita, tapi paling tidak biaya transportasi, biaya penginapan, biaya makan, sekaligus uang pendaftaran cukup membuat kami kecewa jika ia harus pulang tanpa hasil.
Namun sekalipun sering gagal dan pulang dengan tangan hampa, suami saya masih tetap bersemangat setiap kali mengikuti pertandingan-pertandingan lainnya. Maka saya pun bertanya, “Apa sih rahasianya? Ga kapok kalau kalah bertanding? Dihitung-hitung kita keluar modal banyak lho, keluar waktu dan tenaga juga, ya kan?”
Suami saya hanya tertawa, dan ini jawabannya:
1. Menerima kekalahan harus dengan lega
“Kalah menang itu hal biasa dalam pertandingan”
Ya, memang dalam setiap pertandingan pasti ada yang kalah dan ada yang menang. Masalahnya adalah bagaimana pihak yang kalah bisa menerima kekalahannya dengan legawa.
Dalam dunia game, banyak juga orang-orang yang belum bisa menerima kekalahan dengan sportif. Kadang mereka menyalahkan stick PS yang digunakan, menyalahkan monitor yang “lag”, atau kadang menyalahkan penonton yang mengganggu konsentrasi. Tapi tetap saja, namanya kalah ya kalah. Ya sudah, legawa.