Dalam beberapa hari pembicaraan tentang Basuki Tjahaja Purnama begitu gencar menghiasi media, baik media konvensional maupun sosial. Sebagian besar menyambut kembali dengan perasaan bangga, haru dan sukacita. Walaupun tetap saja ada yang memandangnya dengan sinis atau bahkan ketakutan. Berbagai spekulasi pun muncul tentang langkah apa yang akan BTP lakukan setelah ini. Sepertinya keriuhan akan terus terjadi selama beberapa bulan ke depan. Khususnya terkait rencana pernikahannya dan langkah politiknya.
Sejak kemunculannya di ranah publik, segala tingkah lakunya memang menjadi sorotan, bahkan kontroversi yang tiada henti bergulir. Rasanya baru kali ini ada satu pribadi yang memiliki magnet begitu luar biasa, baik bagi para pemujanya maupun pembencinya. Sosoknya yang lugas, bicara apa adanya, tegas dan terkadang bagi sebagian orang terdengar kasar, adalah daya tariknya. Kenyataan bahwa dia seorang keturanan Tionghoa dan beragama Kristen, – dobel minoritas- begitu kata orang, membuatnya menjadi pusat perhatian banyak orang, mulai rakyat biasa sampai para pejabat. Mulai dari dalam negeri hingga manca negara.
Saya mencoba menggali alasan mendasar apa yang membuatnya memiliki kepribadian seperti itu. Satu hal ini alasannya :
Seindah-indahnya purnama, ia hanya memantulkan cahaya dari sumber yang lebih besar, yakni Matahari
Bulan purnama tanpa matahari tidak akan menjadi semenarik yang kita lihat, karena yang ada hanyalah kegelapan.
Sama seperti sebuah pohan yang menjulang tinggi dan besar di atas permukaan tanah, ada akar-akar kuat yang menopang batang pohon tersebut. Akar yang tidak terlihat tapi memberikan sumber makanan bagi sang pohon.
Apa yang kita lihat dari seorang BTP adalah hasil dari apa dia lakukan di tempat yang tidak terlihat banyak orang. Dia bersungguh-sungguh belajar mengenal Sang Penciptanya. Setiap pagi dia memberikan waktunya untuk berdoa dan merenungkan apa yang menjadi panggilannya, tujuan hidupnya dan hidup di dalamnya. Dengan penuh keyakinan, tanpa sedikitpun keraguan. Sebab dia tahu kepada siapa dia berharap dan mempercayakan hidupnya.
Ahok telah berlalu, dan kini BTP hidup dengan tujuan, bukan lagi dalam tuduhan.
Welcome back, Sir!
Baca Juga:
BTP alias Ahok, Satu Hal yang Membuatnya Begitu Dicintai dan Sekaligus Dibenci
Call Me BTP, Not Ahok. 3 Makna yang Terungkap di Balik Perubahan Ini