Suatu kali saya sedang duduk di sebuah tempat makan. Tanpa diduga ada seorang anak muda yang mendatangi saya. Rupanya ia adalah salah satu anak muda yang pernah mendengarkan ceramah yang saya bawakan. Ia datang dengan wajah yang lesu. Ia menyapa saya terlebih dahulu, dan percakapan pun tak terhindarkan.

Ia menceritakan pengalaman masa lajangnya yang begitu menawan, dan sekaligus memilukan. Pengalamannya menawan karena ada begitu banyak hal yang bisa ia lakukan sendirian, seperti melakukan perjalanan sampai beberapa minggu dengan bebas. Namun, pengalamannya juga memilukan karena setiap kali ia berkumpul dengan teman seangkatannya, pastilah ia ditanya soal pernikahan. Usianya yang sudah tak lagi muda , karena sudah kepala, memang membuatnya berpikir dan bergumul soal pasangan hidup. Namun di sisi yang lain, ia juga masih ingin sendiri.

Saya pun juga pernah lama menjalani masa lajang saya. Dulu saya juga dihantui pertanyaan serupa seperti yang dialami anak muda tadi.

Syukurlah, saya menyadari bahwa masa lajang bukanlah sebuah masa yang harus melulu diratapi karena adanya pertanyaan yang menghantui saya setiap saat, walaupun pernah suatu kali saya pun juga bingung antara tetap sendiri atau menikah.

Akhirnya, dalam perjalanan yang saya lalui, saya beberapa pemahaman batin yang menarik hingga saya memutuskan menikah.

Baca juga: “Jangan Seperti Saya, Menyesal Salah Pilih Pasangan.” Di Akhir Masa Lajang, Begini Saya Mengartikan Nasihat ‘Baik’ Orang-Orang Terdekat

 

1. Bertanyalah kepada Tuhan

Bertanyalah pada Tuhan: apakah kamu dipanggil untuk menikah atau tetap lajang? Share on X Pertanyaan ini amat penting dan serius karena terkadang orang salah dalam menentukan pilihannya.
Ada yang menikah namun pernikahannya tidak bahagia. Begitu sebaliknya, ada yang memilih lajang namun juga tidak merasa senang. Jadi, sangat penting bagi kita untuk memahami apa panggilan kita. Sekali kita salah dalam menentukan ini maka yang menjadi korban adalah masa depan kita.

2. Bersahabatlah terlebih dahulu

Maksudnya, bila memang kamu terpanggil untuk menikah maka lakukanlah persahabatan terlebih dahulu dengan (calon) kekasihmu. Share on X Terkadang persahabatan itu sifatnya bisa lebih jujur daripada ketika sudah berpacaran. Pada tingkat inilah kita bisa tahu banyak hal tentang sahabat kita.

Bila memang Tuhan siapkan sahabatmu itu untuk menjadi jodohmu, maka Tuhan akan memberikannya kepadamu dan membukakan jalannya.

Nikmatilah masa persahabatanmu dan gunakan untuk mengenalinya dengan lebih mendalam. Jangan terburu-buru mengungkapkan cinta sebelum kamu mengenalnya dengan mendalam. Pada tingkat ini milikilah prinsip bahwa sesuatu yang gampang didapat maka gampang juga untuk dilepaskan.

 

Baca juga: Buat Apa Pacaran Kalau Ujungnya Cuma Jadi Mantan? Kalau Belum Siap Pacaran, Kenapa Harus Dipaksakan?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here