Pernikahan adalah sebuah pintu yang diburu untuk segera dimasuki oleh para lajang, namun setelah masuk ke dalamnya mereka juga yang ingin segera keluar dari pintu itu.

Kalimat ini pertama kali saya dengar belasan tahun lalu dari seorang penceramah seminar keluarga.

 

Adalah sebuah fakta:

Pernikahan begitu diinginkan oleh para single, tapi setelah mengalaminya, mereka justru berusaha mencari cara meninggalkan bahtera rumah tangga yang telah mereka masuki dengan berbagai cara. Share on X

Banyak cara untuk meninggalkan rumah tangga, baik dengan cara berpisah rumah, serumah tapi masing-masing sibuk sendiri dengan aktivitas masing-masing, ataupun dengan status final: cerai.

Semua ini terjadi karena banyak pasangan yang akhirnya menghadapi kenyataan bahwa pernikahan yang mereka bangun terasa begitu panas dan menggerahkan sehingga mereka merasa bagaikan berada di dalam neraka, walaupun mereka tentunya belum pernah mengalami neraka yang sesungguhnya.

 

Seorang pembimbing kursus pra-nikah menceritakan bahwa lima tahun pertama kehidupan rumah tangganya begitu panas. Mereka berperang setiap hari sebagai pasangan suami-istri.

Bagi saya yang waktu itu belum menikah, kesaksian jujur ini sangat mengejutkan karena ia dan istrinya saya kenal sebagai pasangan yang sangat harmonis, mesra, dan saling mengasihi. Mereka menyayangi anak-anak mereka. Bukan itu saja, mereka adalah orang-orang yang penyayang yang bahkan bisa mengasihi orang lain, termasuk mengasihi saya dan pacar saya yang saat ini telah menjadi suami saya. Tidak disangka, lima tahun pertama kehidupan pernikahan mereka pernah bagaikan suasana di dalam neraka.

Dari pembimbing itu, saya belajar, pernikahan yang bagaikan surga itu tidak secara otomatis terjadi.

Rasa saling cinta dan tertarik yang mendorong sepasang insan untuk menikah tidaklah cukup untuk membuat kehidupan rumah-tangga menjadi nyaman dan harmonis.

Butuh usaha dan kerja keras dari kedua orang sebagai pasangan dalam “menghadirkan” suasana bak surga dalam perkawinan. Usaha itu pun harus dilakukan bukan satu atau dua kali saja, tetapi merupakan sebuah proses yang harus dikerjakan seumur hidup sampai maut memisahkan.

Baca Juga: Ketika Cinta Terasa seperti Cabai yang Tak Lagi Pedas, Ini Cara untuk Mengembalikan Rasa Cinta yang Mulai Pudar

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here