Manusia semakin lama disibukkan dengan keinginan untuk menjadi yang paling kini terkait hal-hal baru karena takut di cap “ketinggalan zaman”. Demi menjadi orang yang paling kini, orang pun sibuk berlomba-lomba mencari tahu tentang semua informasi yang bisa menjadikan mereka orang yang kekinian. Share on X
Sampai-sampai ada yang mendadak menjadi paranormal yang mampu membaca kepribadian orang lain, menganalisa situasi bahkan sok menjadi ahli prediksi. Sayangnya, semua itu hanyalah pernyataan sepihak saja. Bila salah “diagnosa”, tentunya ada pihak yang dirugikan.
Karena kesibukannya mencari tahu akan hal-hal yang berada di luar dirinya, maka manusia malahan sering lupa akan keberadaan diri sendiri dan mengabaikan diri sendiri; bahkan jika pun orang merawat diri sendiri, kebanyakannya hanya karena ingin mendapat penilaian “baik” dari orang lain.
Well… ini sebenarnya masih dalam kategori wajar, karena bukannya kita ini tidak boleh ingin mendapatkan penilaian “baik”. Namun, pertanyaannya adalah:
“Sudahkah kita benar-benar baik terhadap diri sendiri?”
Apakah kita ini baik kepada diri sendiri bukan karena ingin dilihat baik, tetapi karena memang sadar seutuhnya bahwa apa yang kita lakukan adalah memang untuk menghargai keberadaan tubuh kita dan diri kita.
Ketika kita melihat seseorang di luar sana untuk pertama kalinya, pernahkan kita berasumsi sendiri atau pun menebak kepribadian orang tersebut secara sepihak? Setelah itu, apakah kita lalu melihat kepada diri sendiri? Apakah kita lebih baik dari orang tersebut? Ataukah kita lebih buruk darinya? Atau siapa tahu, kita malahan tidak bisa menilai diri sendiri? Share on X
Kemudian timbul pertanyaan lain:
Selama ini, apakah orang lain lebih mengenal diri kita daripada kita mengenali diri sendiri? Jika orang lain lebih mengenal diri kita dibandingkan kita sendiri, maka selama ini kita telah banyak mengabaikan diri sendiri.
Pernahkah kita berterima kasih kepada diri sendiri?
Tanpa diri kita sendiri dan tanpa tubuh yang kita miliki, kita ini tidak berarti dan tidak ada apa-apanya. Kebanyakan orang lebih mengutamakan berterima kasih kepada orang lain terkait situasi dan kondisi mereka. Sekali lagi, hal ini bukanlah hal yang salah; tetapi pernahkah kita berterima kasih kepada diri sendiri?
Ketika bangun di pagi hari, berterima kasihlah kepada Tuhan karena bisa bangun dalam keadaan sehat. Namun, jangan lupakan diri sendiri juga. Saat mata terbuka, bersyukurlah karena diberi penglihatan yang baik dan juga bersyukurlah atas anggota-anggota tubuh lainnya.
Apa yang harus kita lakukan untuk lebih mengenal diri sendiri?
Biasanya orang lupa berterima kasih kepada diri sendiri karena ia kurang kenal kepada dirinya sendiri. Lalu, bagaimana cara agar kita mengenali diri sendiri?
Pertama-tama, bercerminlah. Menurut Anda, selama ini bagaimanakah kepribadian orang yang terpantul dari cermin itu? Sama halnya dengan cara kita menilai orang lain, begitulah juga caranya menilai dan mengenali diri sendiri.
Apa yang orang-orang lain lihat tentang seseorang yang tampak pada cermin itu? Apakah dia orang yang menyenangkan atau menyebalkan? Mengapa dia menyenangkan, atau sebaliknya, menyebalkan?
Apakah dia orang yang sukses atau orang yang punya banyak masalah? Mengapa demikian?
Apakah dia orang yang sehat atau orang yang selalu sakit-sakitan? Mengapa demikian?
Apakah dia orang yang berbahagia? Apakah dia sudah menjalani hidup dengan baik?
Apakah …?
Begitulah caranya agar kita bisa lebih mengenal diri sendiri.
Ada beberapa kunci untuk mengetahui apakah kita sudah mengenal diri sendiri atau belum. Kunci yang penting adalah sebagai berikut:
- Pada saat kita sedang menghadapi masalah, apakah kita selalu menyalahkan pihak luar atau menyalahkan keadaan?
- Atau mungkinkah kita menghukum diri sendiri?
Bila jawabannya “ya”, maka artinya kita belum mengenali diri sendiri. Jika kita mau melihat lebih jauh lagi ke dalam diri dan mengamati apa yang sedang terjadi, maka kita akan menemukan jawaban bahwa semua kesulitan bisa saja terjadi karena kesalahan kita sendiri, tetapi menyadari hal ini bukan berarti kita harus menghukum diri sendiri. Lebih tepatnya jika kita menerima dengan ikhlas kesalahan yang terjadi dan juga menerima diri sendiri tanpa syarat.
Tentu saja, kita juga harus berlapang dada dengan bersedia mengeluarkan pemikiran yang salah yang kita miliki sebelumnya di dalam diri kita, dan sebagai gantinya memasukkan pemikiran baru yang tentu lebih baik untuk perkembangan kita ke depannya. Tentunya emosi yang terlalu positif atau terlalu negatif terhadap diri sendiri yang selama ini telah tersimpan harus menjadi netral terlebih dahulu.
Janganlah kita membiarkan waktu untuk menyelesaikan semuanya bagi kita, tetapi kitalah yang harus berusaha berbenah diri. Share on XMenjadi lebih baik atau lebih buruk, semuanya adalah karena diri sendiri. Selami samudera diri dan temukan jawaban di dalamnya.
Setuju?