Semua pasangan suami-istri pastinya ingin selalu bisa memiliki relasi yang menyenangkan. Mereka ingin bisa selalu saling mendukung, memberi perhatian perhatian, menghargai dan menunjukkan kepercayaan terhadap satu sama lain. Setidak-tidaknya keempat hal ini diharapkan bisa membawa relasi yang damai dan sukacita di dalam sebuah pernikahan.

Tetapi pada kenyataannya hidup tak selalu mulus dalam berelasi, bukan? Kerap kali konflik hadir di tengah-tengah sebuah relasi. Misalnya, jika salah satu dari pasangan salah memberikan respon pada kejadian atau peristiwa tertentu saja, maka itu bisa sangat berdampak pada atmosfir relasi pasutri.

Menempatkan diri sebagai pihak yang tersakiti, tanpa benar-benar memahami situasi yang terjadi bisa membuat kita susah mengampuni. Konflik pun tidak jarang kita maknai secara keliru. Kita cenderung menganggap konflik sebagai sebuah kejadian yang selalu membuat luka yang bisa jadi sangat susah disembuhkan. Selanjutnya, tak mustahil kita akan berusaha membalas sakit hati yang kita rasakan. Tindakan membalas itu kadang-kadang sebenarnya hanyalah alasan kita untuk melampiaskan emosi yang akhirnya kembali memberikan luka baru kepada orang yang sejatinya sangat kita cintai.

Bukankah secara manusia memang hidup ini begitu banyak kekurangannya?

Bukankah sebenarnya pencipta mempersatukan pasangan, salah satunya untuk dapat menutupi kekurangan dan memenuhi kebutuhan atau keinginan satu dengan lainya. Click To Tweet

Realitasnya banyak dari kita yang tidak mengerti bagaimana mengelola konflik tanpa saling menyakiti. Sepuluh langkah ini patut kita perhatikan saat kita diperhadapkan dengan konflik agar kita lebih kuat menghadapinya:

 

 

1. Pikirkan Sungguh-Sungguh

Berpikirlah dengan keras apakah ada cara lain yang tepat dalam menyelesaikan konflik tanpa harus menunjukan siapa yang benar dan siapa yang salah? Adakah cara yang lebih bijak dengan mencari jalan keluar yang berbeda daripada yang sudah-sudah? Dapatkah konflik diselesaikan tanpa harus menciderai hati pihak pasangan kita? Atau, adakah strategi cerdas yang harus kita terapkan sehingga pasangan dapat mengiyakan keinginan kita atau bahkan sebaliknya menolak namun dengan penuh kesadaran bahwa sikapnya adalah bentuk saling menerima dalam berelasi?

 

 

2. Pahami Perasaan yang Timbul dari Konflik

Mengapa kita lebih memilih mengekspresikan kemarahan pada saat konflik terjadi? Pahami perasaan apa yang timbul dan berkecamuk saat konflik terjadi? Cobalah menganalisa apakah sebenarnya konflik ini benar-benar mengenai diri Anda atau prinsip hidup Anda? Apakah tidak ada lagi jalan lain yang  dapat ditempuh untuk menyelesaikannya dengan tenang dan dengan penuh cinta? Kemukakan dengan tepat dan pikiran jernih mengenai perasaan yang timbul di hati Anda, dan jangan memuaskan diri dengan melepaskan emosi yang tak terkontrol dalam kata dan tindakan yang salah.

 

 

3. Bicaralah Sedikit, tetapi Dengarkanlah dengan Baik

Tentulah ini sangat susah dilakukan, tetapi berusahalah. Cari bentuk yang tepat dalam merespon; perhatikan pilhan kata, gerak tubuh, ekspresi wajah bahkan desah nafas Anda pada saat konflik itu terjadi.
Pastikan kita dan pasangan sudah mempunyai kesepakatan yang dibicarakan jauh hari sebelum kita diperhadapkan dengan konflik sebagai bagian dari tindakan “preventif”.  Diskusikan apa yang harus dihindari dan apa yang harus dilakukan ketika konflik terjadi.  Pastikan masing-masing berusaha menghadapi konflik dengan tidak saling menyakiti. Kuncinya adalah dengan sedikit berbicara dan lebih banyak mendengarkan atau memerhatikan pasangan kita, antara lain menyangkut perasaannya saat itu yang bisa jadi terbaca melalui kata-katanya, gerak tubuh dan ekspresi wajahnya.

 

 

4. Nyaman dalam Konflik

Pastikan kita mampu membuat situasi nyaman bagi Anda dan pasangan sehingga masing-masing bisa mengungkapkan perasaannya dengan tanpa merasa ditekan atau diintimidasi walaupun sedang berada di dalam konflik.

Ingatlah, pasangan adalah orang yang Anda cintai, namun juga berkekurangan.

 

 

5. Sampaikan Keinginan dengan Jelas dan Tenang

Kita bertanggung-jawab untuk memberikan informasi yang jelas tentang keinginan kita kepada pasangan kita. Pastikan pasangan kita mengerti apa yang kita maksud dan sebaliknya, pastikan kita juga memahami maksud pasangan kita. Lakukan semuanya dengan cara yang tenang dan penuh kasih. Lihat adakah hal yang bisa disepakati bersama, walau hanya untuk sementara waktu sampai tidak ada yang merasa dikorbankan.

 

 

6. Temukan Bersama Solusinya

Tampung semua solusi yang bisa Anda dan pasangan temukan. Tentu, solusi-solusi ini harus saling mengutungkan. Pastikan semua solusi disampaikan secara jelas dan masuk akal oleh kedua pihak. Jangan memaksa mengambil solusi sebelum kedua belah pihak bisa bersama-sama sepakat dalam memberikan persetujuan terhadap solusi yang diusulkan dengan kesadaran penuh, dan tulus. Jika tidak, malahan ini bisa saja menjadi pemicu masalah baru yang berikutnya karena adanya keterpaksaan. Berhati-hatilah.

 

 

7. Jadikanlah Ini sebagai Sebuah Aksi Bersama

Relasi adalah sesuatu yang harus diperjuangkan bersama dan ini membutuhkan sebuah tanggung-jawab bersama.

Jangan malu atau ragu untuk melakukan sesuatu yang “extra mile” bagi pasangan, walaupun kadang-kadang untuk memulainya kita mungkin saja akan merasa canggung. Namun, jika itu mendatangkan kedamaian di dalam relasi, maka lakukanlah.

 

 

8. Evaluasi

Saat konflik sudah berlalu dan reda, pastikan kita membuka diri untuk mengevaluasi konflik tersebut dengan lebih tenang. Hal apa yang bisa di- “prepare” bersama, khususnya menyangkut repsons yang tepat dari masing-masing pihak jika di kemudian hari bertemu dengan konflik yang sejenis? Fokuskan pada pertanyaan adakah keinginan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi sehingga konflik itu terjadi. Cobalah mengerti perasaan yang muncul di dalam hati masing-masing sebelum dan sesudah konflik itu ada. Kemukakan bagaimana perasaan itu bisa memberi pengaruh terhadap diri Anda sehingga pasangan Anda juga bisa memahaminya.

 

 

9. Mengapresasi Usaha Pasangan

Jangan lupa memberikan apresiasi jika Anda mendapati pasangan Anda berhasil dalam usahanya mengelola konflik. Apresiasi bisa Anda sampaikan dalam bentuk kata-kata, pesan, catatan atau bahkan surat cinta yang romantis.

Siapa yang paling berhasil dalam mengatasi konflik adalah dia yang dapat mengembalikan perasaan damai dan sukacita itu secepatnya saat konflik itu hadir dalam relasi

— baik dengan cara meminta maaf atau duluan memahami keinginan dan kebutuhan orang yang kita cintai namun yang juga penuh dengan keterbatasan dan kekurangan itu.

 

 

10. Hidup Melekat pada Sang Kuasa

Hidup adalah proses. Pahamilah bahwa kita memang masih diperkenankan mengalami masalah supaya kita bisa memaknai bahwa kita ini masih membutuhkan Sang Kuasa dalam menjalani kehidupan ini.
Nilai dan makna kehidupan hadir tidak hanya dalam suasana damai tetapi juga ketika konflik hadir. Selama kita hidup melekat pada Sang Kuasa, jangan pernah khawatir! Kita pasti akan ditolong.
Ibaratnya, pada saat pakaian kita kotor, pastilah kita cepat-cepat ingin menggantinya dengan yang bersih; maka pada saat kita masuk di dalam konflik pun, sejatinya ada kerinduan kita ingin cepat kembali merasa damai dan bersukacita bersama pasangan. Melekat pada Sang Kuasa adalah kuncinya.

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here