Bali, Desember 2020 

“Pak Sony, as our colleague tested positive for Covid and you had close contact with him, I suggest you to run the Covid test to make sure” kata direktur saya, bule dari Belanda, melalui sambungan WA call pagi itu. Sambil melihat anak-anak yang sedang asyik berenang di kolam renang pribadi villa yang kami sewa, saya berdiskusi dengan istri terkait hal tersebut. Tadi malam setelah perjalanan darat yang panjang dari Surabaya – Denpasar saya sudah mendapat kabar tersebut. Tapi karena terlalu lelah setelah menyopiri perjalanan jauh tersebut, saya tidak terlalu meresponnya.

Tentu berita tersebut mengganggu suasana liburan, karena memang pada hari kerja terakhir sebelum libur akhir tahun, saya mendampingi beliau ke rumah sakit akibat kecelakaan tunggal yang dialaminya. Sesuai protokol di rumah sakit, dilakukan test Covid dan ternyata hasilnya positif. Rekomendasi dari pimpinan adalah saya melakukan tes di Bali, namun saya khawatir jika hasilnya positif maka tentu akan sangat membingungkan, merepotkan dan memakan biaya untuk dirawat atau isolasi mandiri di Bali. Mengingat kondisi kesehatan saya dan keluarga saat itu baik-baik saja, maka kami putuskan untuk melakukan tes di Surabaya, sepulang liburan di Bali. Syukurlah hasil test kami sekeluarga negatif.

Februari 2021 

Kasus Covid semakin bertambah, beberapa rekan kantor juga terinfeksi. Bersama-sama, kami di kantor berusaha semaksimal mungkin mencegah semakin meluasnya penyebaran virus tersebut, terutama di dalam wilayah perusahaan. Ketika tengah fokus terhadap hal tersebut, saya merasa ada yang tidak beres dengan tubuh saya. Engkel kaki dan lutut bengkak, tangan kanan sukar digerakkan ke atas, pinggang terasa sangat sakit. Untuk memastikan kondisi kesehatan tersebut, istri mengantar saya memeriksakan diri ke rumah sakit. Dokter spesialis yang kami temui langsung meminta saya untuk segara rawat inap karena ternyata ada penyumbatan pembuluh darah yang bisa berakibat sangat fatal jika pecah. Mengingat situasi Covid, dokter menjelaskan bahwa pasien harus ditest Covid terlebih dulu. Demikian juga penjaga pasien, dalam hal ini istri, juga harus dilakukan screening Covid, selama menjaga pasien di RS, penjaga pasien tidak diperbolehkan pulang ke rumah. Kami sangat terkejut dengan permintaan dokter, terlebih saat itu adalah malam Imlek, dimana kami sudah merencanakan makan malam sederhana bersama keluarga di rumah.

Syukurlah, setelah dirujuk ke spesialis lainnya, ternyata saya tidak perlu dirawat inap dan bisa melakukan perawatan mandiri di rumah. Setelah beberapa kali pemeriksaan, ternyata saya menderita autoimun yang mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah, darah menjadi kental dan kaki bengkak. Selama hampir 2 bulan saya hanya bisa terbaring diatas tempat tidur, hampir tidak bisa berjalan, bahkan harus dimandikan istri. Sempat mengalami stress, karena merasa tidak berdaya, dan sangat bergantung pada orang lain. Namun istri, ditengah segala letihnya seharian bekerja, tidak pernah absen untuk mengurus saya, mulai dari menyiapkan obat-obatan sampai memandikan saya. Itu semua dilakukan dengan tetap mengurus keperluan rumah tangga lainnya, seperti memasak untuk seluruh anggota keluarga.

Kaki penulis yang bengkak sebelah

Juni 2021 

Ketika kondisi kesehatan saya membaik, ganti istri yang mengalami gangguan kesehatan. Setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan, harus dilakukan tindakan operasi untuk mengambil kista dan juga pengangkatan sebagian rahimnya. Kali ini giliran saya yang mendampingi dia selama pra operasi, tindakan operasi sampai dengan pasca operasi, harap-harap cemas karena istri tidak segera sadar pasca operasi. Termasuk menginap di rumah sakit selama beberapa hari. Capek dan lelah pasti, tapi saya tahu apa yang saya lakukan tidak sebanding dengan pengorbanannya ketika saya sakit. Teringat janji nikah yang kami ucapkan di depan altar “Selalu bersama dalam suka dan duka, sehat dan sakit” dan tahun ini kami berkesempatan mempraktekkannya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here