Saya Hanya Percaya Apa yang Saya Lihat

Benarkah cara berpikir Cha Ji-won yang diperankan dengan sangat apik oleh Moon Chae-won dalam drakor Flower of Evil yang tayang akhir Rabu, 23 September ini?

“Drakor ini baik sekali Pa,” ujar anak sulung saya. “Tumben?” pikir saya, karena—seperti saya—anak sulung saya ini lebih suka nonton film lepasan (sekali selesai) dan biasanya film berbahasa Inggris produksi Hollywood atau, kalau film Indonesia, yang milik Ernest Prakasa. Selain istri, Beatrice dan Catherine merupakan dua queen of the house yang ikut meracuni saya untuk nonton drakor.

Saya tidak menyesal diracuni mereka, karena di tengah pandemi jadwal saya masih padat seperti webinar, memberi kuliah, membimbing skripsi/tesis mahasiswa, konseling pranikah, bahkan menguji tesis bagi mahasiswa pascasarjana dan ‘tatap muka daring’ dengan bermacam profesi yang seringkali perlu mencari waktu yang pas karena perbedaan waktu yang bisa sampai 14 jam. Drakor menjadi embun yang menyejukkan mata setelah jenuh memeriksa skripsi dan tesis mahasiswa yang tebal-tebal. 

Delapan puluh persen romance, 20 % thriller

Seperti diagram Pareto saja! Bisa jadi Anda berpikir seperti itu, tetapi itulah kenyataannya. Bagi yang sudah menonton,  mereka pasti mengerti. Bagi yang belum ini bukan spoiler, tetapi analisis belaka atau paling banyak rembesan saja. Meskipun hanya 20%, ketegangan drakor ini sanggup membuat seseorang ‘sesak nafas’.

Paling tidak, itulah yang dikatakan anak saya kepada istri saya. “Ambil nafas dulu, Ma,” ujar anak sulung saya, “agar tidak tegang.” Ucapannya itu justru membuat istri saya terpingkal-pingkal karena tebakannya benar.

Bagi yang suka thriller, film ini jelas bisa memuaskan ‘adrenalin’ dalam dirinya, sedangkan bagi yang tidak, romance yang tercipta mampu menjadi oase yang menyejukkan di tengah musim kemarau yang kering kerontang ini. Apalagi kalau ditambah peran menggemaskan dari Eun-ha (diperankan dengan begitu ciamik oleh Jung Seo-yeon). Si kecil yang bisa nangis sesenggukan sampai tertawa renyah ini sungguh menggurihkan drakor yang sedang diputar di Viu ini.

Percaya yang di depan mata versus cinta buta

Cara berpikir Cha Ji-won yang hanya mempercayai apa yang dia lihat apa bisa disebut cinta buta? Tidak juga! Meskipun matanya ingin mempercayai apa yang dia lihat, ‘mata batin’ detektifnya yang terlatih, tidak begitu saja menerima apa yang tampai di layar. Pendidikan polisi dan profesi detektifnya memaksanya untuk melihat ‘behind the scene’. Karena semangatnya yang tidak kenal menyerah itulah yang membuatnya menyelam dalam ke lautan lumpur yang dipekatkan oleh asumsi instant masyarakat dan peer pressure rekan sejawat sesama polisi untuk menemukan mutiara kebenaran dan membawa keadilan ke permukaan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here