Saya senang menyebut mereka 2Y karena huruf depan nama kedua anak kami berawalan dengan huruf Y. Membesarkan dua anak remaja cowok dan cewek di zaman now, bukanlah perkara yang mudah. Saya teringat pengalaman anak pertama kami yang mulai menonton konten berbau pornografi saat dia masih pra remaja. Sekalipun itu mungkin tahap mencoba-coba, atau apa pun istilahnya, hal itu sudah cukup membuat saya terguncang dalam keprihatinan yang mendalam. 

Dalam kesedihan, timbulah pertanyaan-pertanyaan klise di kepala saya. “Mengapa Tuhan? Mengapa anak saya? Apa salah saya?” Seperti biasa setelah itu, bermunculanlah tuduhan yang mengintimidasi diri sendiri.

“Dasar kamu Ibu yang gak becus!”

“Kamu memang sudah gagal.” 

“Makanya jangan sibuk dengan urusan sendiri.” 

“Pintar ceramahin orang, sementara anak sendiri gak diperhatikan.”

Gelombang rasa panik dan pedih mulai melanda, yang menuntun saya kepada sebuah kesimpulan, “Untuk apa melayani orang lain? Wong anak sendiri rusak? Perbaiki saja dulu keluargamu baru mengurusi orang lain!”  

Setiap ibu yang tanpa disangka-sangka menemukan perilaku buruk dalam diri anak remajanya, pasti mengalami pergumulan batin seperti yang saya rasakan. Apalagi jika kita termasuk ibu yang sudah bersusah-susah membesarkan mereka serta sangat concern dengan kebutuhan emosi, fisik, dan spiritual mereka. 

Melalui tulisan ini, saya ingin berbagi pergumulan sebagai seorang ibu. Saya percaya setiap ibu memiliki kisah suka dan duka dalam hal membesarkan anak remaja. Namun percayalah, kita tidak sendirian. Berdasarkan pengalaman, ada lima tips yang ingin saya bagikan.

Pertama, konsisten dengan aturan yang berlaku

Ketika menemukan anak kami melakukan pelanggaran dengan melihat tayangan pornografi, kami menyita semua gawai yang berkaitan dengan fasilitas internet. Tindakan tersebut merupakan bentuk sanksi yang sudah menjadi kesepakatan di awal apabila ditemukan adanya pelanggaran dalam penggunaan gawai.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here