Itulah titik balik bagi saya.
Saya mulai mengubah prinsip hidup. Fokus terhadap uang dan kesuksesan saya ubah menjadi fokus terhadap keluarga.
Saya mulai memberikan waktu dan perhatian kepada istri dan anak-anak.
Bersyukurnya, anak-anak merespons dengan positif perubahan diri saya. Mereka mulai mau saya gendong, bahkan menjadi semakin dekat dengan saya.
Saya bahagia luar biasa.
Kebahagiaan keluarga kami semakin nyata saat kami dikaruniai anak ketiga.
Saya membuat komitmen, hari Sabtu dan Minggu (setelah beribadah atau menyelesaikan tugas di tempat ibadah) adalah hari untuk keluarga.
Harta sesungguhnya yang sangat bernilai adalah keluarga.
Kita bisa saja merasa sukses dengan uang atau materi yang berlimpah. Akan tetapi, ketika keluarga kita berantakan, kita tidak bisa merasakan damai sejahtera dan kebahagiaan dalam kehidupan. Ketika itu yang terjadi, segala jerih payah benar-benar terasa sia-sia.
Fokus utama seorang kepala keluarga seharusnya bukan uang atau materi.
Kebutuhan utama anggota keluarga kita bukan itu.
Mereka lebih perlu perhatian dan kasih. Dari suami kepada istri, dari papa kepada anak-anak. Untuk kita – para kepala keluarga, kebersamaan dan kasih dari istri dan anak-anak adalah sumber kekuatan yang tidak ternilai harganya.
Baca Juga: Bukan Sekadar Pencari Nafkah tetapi Ini: 3 Peran Terpenting Pria yang Sering Kali Terlupakan
My Family, My Treasure
Tanpa terasa, pernikahan saya dan istri akan memasuki usia 24 tahun. Begitu banyak suka dan duka kami lalui dalam kehidupan pernikahan selama ini.
Saya sungguh bersyukur dan berbahagia untuk istri dan anak-anak yang luar biasa yang telah Tuhan anugerahkan kepada saya.
Memang benar, keluarga adalah berkat tidak ternilai yang Tuhan berikan. Harta terindah, yang paling berharga, dalam kehidupan.
“Kebanggaan orang yang sudah tua adalah anak cucunya;
kebanggaan anak-anak adalah orang tuanya.”
God bless us.