Ketiga, bicaralah sesuai usia dan kebutuhan anak.

Anak usia pra-sekolah belum perlu belajar tentang sel sperma dan sel telur. Namun, mereka perlu tahu bahwa ada dua jenis kelamin yang berbeda dan apa perbedaannya. Mereka juga perlu tahu bahwa organ intim adalah area yang sangat pribadi, tidak boleh sembarangan ditunjukkan atau dilihat orang lain. Selain itu juga tidak boleh dimainkan atau disentuh sembarangan baik oleh orang lain maupun diri sendiri.

Untuk anak yang lebih besar, jawablah sesuai pertanyaan mereka, tidak lebih dan tidak kurang.

Ketika ikut seminar sex education untuk pertama kalinya di sekolah, saya bertanya pada pembicara, “Bagaimana caranya sel sperma bertemu dengan sel telur?”

Saya tidak ingat jawaban yang diberikannya, namun ingat bahwa saya tetap tidak mengerti yang dikatakannya. Ketika pulang, saya menceritakan hal ini pada orang tua.

Saat itu orang tua menjelaskan bahwa sel sperma dapat bertemu dengan sel telur setelah terjadi hubungan suami istri. Namun, mereka tidak menjelaskan bagaimana caranya hubungan suami istri dilakukan, karena memang belum waktunya bagi saya untuk memahami hal tersebut.

Ketika saya duduk di bangku sekolah menengah, mereka mulai menjelaskan bahwa secara fisik saya adalah seorang wanita dewasa yang juga bisa melakukan hubungan seks, bahkan bisa hamil. Mereka mulai menjelaskan bagaimana hubungan seks bisa terjadi dan bagaimana sebagai seorang perempuan dewasa yang beriman saya harus bisa menjaga diri agar tidak melakukan hubungan seks sebelum pernikahan.

Baca Juga: Anak Mengalami Menstruasi Pertama? Dari Pengalaman, Saya Belajar 5 Hal Penting yang Harus Seorang Ibu Lakukan

Keempat, gunakan istilah yang tepat.

Sudah bukan zamannya lagi kita bicarakan seks dengan istilah-istilah terselubung. Justru istilah-istilah itu yang membuat anak mendapatkan pengertian yang keliru.

Sebutkan dengan tepat nama organ intim pria (penis) dan wanita (vagina), sesuai dengan istilah biologis yang ilmiah.

Jelaskan pada anak bahwa dalam budaya kita tidak sopan untuk membicarakan organ intim di depan umum. Jika anak mengetahui atau menggunakan istilah-istilah lain yang lebih kasar, maka orang tua dapat mengarahkan dan memberi pengertian mengapa kita tidak menggunakan kata-kata tersebut.

Sampaikan pada anak bahwa bicara tentang seks harus dilakukan dengan orang yang tepat; seperti orang tua, guru, dan dokter. Tegaskan bahwa topik ini bukan bahan bercandaan dengan teman-teman.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here