Ketiga, pelaku teror yang menjadi korban seringkali sadar bahwa dirinya dikerjain justru saat dia sudah terlanjur menceburkan diri

Saat kakinya tertembak, Imran diperankan dengan luar biasa oleh Amandeep Singh, menelpon keluarganya sambil menahan tangis. Dia menanyakan apakah uang yang dijanjikan pemimpinnya untuk dikirimkan ke keluarga jika dia ikut melakukan aksi teror sudah dikirim. Saat mendengar bahwa uangnya ternyata tidak dikirimkan sesuai janji, sambil menahan sakit di kakinya, dia meraung hebat di salah satu ruang hotel tempatnya menyekap para tahanan. Sakit hatinya tampaknya jauh lebih hebat ketimbang sakit kakinya.

Penonton bahkan ikut meleleh saat melihat Imran tidak tega menembak Zahra—diperankan begitu dramatis oleh Nazanin Boniadi—karena wanita ayu ini melantunkan doa dalam bahasa Arab. Dengan tangan gemetaran memegang pistol di satu tangan danhandphonedi tangan lain, dia mengatakan kepada pimpinannya, “Saya tidak sanggup menembak yang satu ini.”

Keempat, masih saja ada orang yang melihat teror sebagai stigma identitas

Kepala juru masak hotel, Herman Oberoi yang diperankan begitu sempurna oleh Anupam Kher, menyuruh Arjun—dimainkan begitu meyakinkan oleh Dev Patel, untuk mendekati seorang perempuan bule—diperankan Carmen Duncan—yang  ketakutan melihat penampilannya. Dengan nada simpatik dia menjelaskan bahwa serban yang dia pakai di kepalanya mewakili filosofi diri tentang kesucian dan kehormatan. “Saya bersedia melepaskannya jika Anda merasa terganggu,” ujarnya. Ibu berwajah caucasianitu langsung tersenyum lega sambil berkata, “Anda tidak perlu melakukannya.”

Kelima, profesionalisme seseorang justru terlihat jelas saat di bawah tekanan

Ketika head chef Herman Oberoi meminta siapa pun yang masih punya keluarga dan takut menghadapi teror untuk meninggalkan ruangan, ternyata hanya segelintir yang melakukannya. Sebagian besar menyatakan siap mati membela para tamu hotel. Sikap inilah yang membuat hotel yang dibuka kembali setelah pemugaran tetap menjadi jujugan para pesohor dunia. Profesionalisme adalah bahasa universal.

Hal yang sama ditunjukkan seorang babysitter, diperankan dengan sepenuh jiwa oleh artis Australia ternama Tildam Cobham-Hervey, yang mati-matian menyelamatkan bayi majikannya.

Itulah sebabnya saya setuju dengan komentar kritikus film berikut: “A film that is as visually breathtaking as it is emotionally electrifying.”

Baca Juga:

3 Rahasia Kehidupan yang Terungkap lewat Film Shazam

Relasi Keluarga Nyata dalam Kelindan Dunia Maya: Review Film “Searching” [Major Spoiler Alert]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here