Doni harus pergi mengikuti pelatihan di luar kota selama sebulan. Ia harus meninggalkan istrinya dan anak-anaknya selama waktu itu. Berpisah untuk waktu lama jarang terjadi pada Doni dan istrinya, maka ini menjadi suatu waktu yang tidak menyenangkan bagi Doni.
Setelah sebulan jauh dari istri dan anak-anak, Doni kembali ke kota tempat tinggalnya. Ia senang sekali bertemu kembali dengan istri dan anak-anaknya. Namun setelah beberapa hari pulang, ia merasa ada yang aneh. Istrinya terlalu sibuk dengan handphonenya.
Emosi Doni mulai memuncak. Di dalam pikiran Doni telah berisi banyak kecurigaan terhadap sang istri. Tiba-tiba sang istri masuk ke kamar, dan melakukan hal yang sama lagi, yakni memainkan handphonenya. Padahal, Doni sedang ada di meja makan dan hendak makan siang. Tumben-tumbennya sang istri tidak menemani dia makan di meja makan?
“Ini pasti ada sesuatu!” pikir Doni.
Lantas berdirilah Doni dan bergegas masuk ke kamar dengan keadaan jengkel. Tanpa basa-basi, Doni langsung membentak istrinya dengan keras, katanya, “Aku tahu! Kamu pasti sudah ada selingkuhan kan sekarang? Sejak kepulanganku, kamu sedikit berubah! Siapa orang itu? Ayo cepat ngaku!”
Istrinya bingung melihat tingkah laku Doni siang itu.
Merasa tidak didengar dan tidak dihargai, ditambah lagi dengan kemarahan yang sudah disimpan lama, maka dibantingnyalah handphonenya ke lantai.
“Braaakkk!” handphone itu terpelanting di lantai hingga terbagi dua.
“Sejak kemarin kamu terus sibuk dengan handphonemu! Siapa lelaki itu! Aku bunuh dia!” kata Doni sambil marah-marah.
Merasa tidak senang dengan sikap Doni yang terkesan berlebihan, sang istri juga tidak tinggal diam. Si istri berdiri dan kembali memarahi Doni atas tuduhan yang jahat kepada dirinya.
“Ambil handphoneku! Ambil kartu simcard ku! Periksa! Periksa!” bentak sang istri.
Siang itu, suasana yang panas menjadi semakin panas karena keributan-keributan suami istri ini. Keributan itu terjadi cukup lama hingga akhirnya keduanya sepakat untuk berdiam diri dan berpisah ranjang untuk sementara waktu.
Bukan Salah Handphonenya
Tentu pertengkaran ini tidak terjadi karena salahnya handphone (singkat : Hp). Hp hanyalah sebuah benda mati. Tidak punya kehendak dan ia hanya digerakkan oleh makhluk hidup atau pemakainya. Namun bukan berarti handphone tidak bebas dari kesalahan dengan begitu saja. Menyimak kisah itu, menurut saya salah satu faktor pemicu pertengkaran itu terjadi karena pengelolaan hp yang kurang bijak.
Waktu-waktu suami isteri di rumah lebih banyak disibukkan untuk bermain hp, dari pada mengobrol atau memberi perhatian pada pasangan.
Ayo mengaku! Bukankah lebih banyak waktu kita dipakai untuk memegang hp dari pada memegang tangan pasangan. Bukankah kita lebih suka tidur dengan hp dari pada tidur dengan pasangan, bukan? Bukankah kita terkadang merasa akan “gila” jika lupa membawa hp ketika sedang berada di luar rumah untuk jangka waktu lama, dari pada merasa jauh dari pasangan, bukan?