“Saya tidak mau kembali ke titik itu lagi, Pak Wepe,” tegas seorang perempuan dalam sebuah perjumpaan di ibu kota.
Saya mengerti keputusan perempuan itu. Hidupnya tak mudah, kalau tak bisa dibilang berat. Rangkaian keputusan salah semenjak remaja telah membawanya dalam drama kehidupan yang penuh dinamika. Hamil di luar pernikahan, pengguguran kandungan yang nyaris merenggut nyawanya, dan jerat bisnis obat-obatan terlarang menjadi bagian perjalanan di hidupnya.
Saya tak mengingat dengan pasti berapa kali ia tertangkap pihak yang berwajib dan mesti mendekam di bui. Dibuang oleh keluarga sendiri tentu jauh lebih menyakitkan daripada dibuang oleh mantan pacar yang pernah menghamili dan bahkan juga ’menjualnya’.
”Apa yang memberikanmu motivasi untuk berubah?” saya menyampaikan sebuah pertanyaan yang sedari tadi saya simpan.
”Pesan ibu saya sebelum ia meninggal dunia,” mata perempuan cantik itu menerawang ke atas.
”Apa pesannya? Ayat-ayat Kitab Suci?” Saya menanyakan ini karena mengetahui latar belakang keluarganya
Ia menatap lembut mata saya,” Sama sekali bukan. Ibu yang mengerti betapa rusaknya hidup saya cuman menulis satu kalimat pendek.”
Saya penasaran saya memuncak,” Apa yang ibumu tuliskan?”
”Sampah pun bisa didaur ulang, nak, apalagi hidupmu. Tuhan tetap sayang kamu,” ujarnya sambil menyeka butir-butir air mata yang mendadak berjatuhan dari sudut mata yang indah itu.
Satu kalimat yang mengubah kehidupannya. Suatu perjalanan perubahan yang tak mudah, namun kini menghantarnya pada sebuah kehidupan yang bermakna. Ia menghabiskan waktu dan hidupnya untuk mendampingi perempuan-perempuan malang seperti dirinya dulu. Semua beban masa lalunya telah menjadi bekal kehidupan bermaknanya. Tak kurang dari 5 tahun, ia telah menjalani kehidupannya yang baru.
Ya, jika sampah pun masih bisa didaur ulang, begitu pula kehidupan yang telah rusak, bukan?
Dalam tangan-Nya, semua dapat kembali menjadi indah.
Baca Juga: