Sejak beberapa tahun lalu saya, mengikuti masifnya perkembangan dunia per-YouTube-an dalam negeri. Tidak terlalu rutin memang. Namun, saya sengaja subscribe figur-figur yang sedang naik daun untuk mengetahui apa yang di-“makan” remaja zaman ini. Pun saya ingin “makan” konten-konten yang baik di platform tersebut.
Yang paling menarik dari YouTube bukanlah video editing kece atau sinematografi berkelas. Yang paling banyak views dan subscribes di
YouTube bukan pelajaran-pelajaran teoritis yang dibagikan. Bukan juga konten-konten motivasi yang mengantar anak-anak Anda pada kesuksesan.
Kalau kita tanya anak-anak usia remaja, khususnya gen-Z, mengenai apa yang mereka dapat di YouTube, jawaban paling jujur atau yang paling cepat keluar dari mulut mereka adalah nama-nama pemilik channel.
Arap, Chandra Liow, Edho Zell, Deddy Corbuzier, MiawAug, Ericko Lim, SkinnyFabs, Atta, Sultan, dan nama-nama lain. Jangan berharap mereka bisa cepat mengingat isi khotbah Philip Mantofa atau Stephen Tong yang diunggah oleh akun rohani. Itu pun kalau mereka menontonnya.
Cuma Nama?
Tunggu dulu. Tidak sesederhana itu. Justru bila mereka menyebutkan nama, artinya mereka menikmati kisah hidup youtuber tersebut. Yes, kisah orang-orang yang perlahan bisa mempengaruhi cara pandang mereka–dan itulah kenapa para youtuber suka menyebut diri sebagai influencer.
Para so-called influencer ini difasilitasi oleh YouTube untuk menunjukkan diri secara bebas. “Broadcast yourself”, itulah filosofi utama YouTube. Dengan adanya platform ini, pemilik channel bisa dengan bebas menunjukkan bakat, menyampaikan pendapat, membuat karya, atau mempublikasi aktivitas harian mereka melalui vlog.
Mendapat Gold Play Button. Membeli mobil mewah dari hasil nge-vlog. Memenangkan turnamen game. Membuat album solo. Mengunggah diss-track. Menyampaikan kekesalan atas fenomena terbaru. Itu semua bisa dilakukan oleh orang yang sama. Filosofinya, “Broadcast yourself.”
Yang berbanding lurus dengan keleluasaan itu adalah keberanian mereka untuk menjadi berbeda dan tidak memedulikan dislikes. Banyak youtuber dengan lantang menyerang balik orang-orang yang mengkritik mereka. Tak sedikit juga yang menyampaikan di video, “Ya inilah gua, kalo gak suka silahkan unsubscribe.”
Kalimat lain yang bisa dijadikan senjata adalah perkataan ini:
“Kalian sibuk kritik, gua sibuk berkarya.”
“Gua ga peduli dengan kalian para haters yang jelas-jelas gak mempengaruhi hidup gua.”
“Biarin orang ngomong apa, yang penting gua tetep jadi diri gua sendiri.”
“Gua tunjukin apa yang ada di diri gua, salurkan itu jadi karya. Dan lihat sekarang, angka berbicara.” (Angka yang dimaksud bisa berarti penghasilan bulanan dari adsense atau jumlah subscriber yang mencapai jutaan).
Filosofinya, “Whatever they said, I broadcast myself.”