“Aku heran! Suamiku sudah ketahuan selingkuh 3 kali tapi tetap aja ga berubah. Yang pertama dia bilang maaf karena khilaf, kemudian yang kedua kalinya ketahuan selingkuh dengan orang yang sama pula dia bilang tobat dan janji ga bakal selingkuh lagi, tapi toh nyatanya juga tomat alias tobat terus kumat lagi. Dan ini yang ketiga kalinya. Aku sudah naik pitam. Langsung kutemui tuh cewek selingkuhannya, ku ancam, ku maki-maki sampai ku tampar dia biar tau rasa! Eh, malah suamiku belain dia gileeee kan?” suara teman saya terdengar emosional saat menceritakan peristiwa yang terjadi atas dirinya baru-baru ini.
Teman saya merasa stres berat dan keinginannya untuk bercerai dengan suaminya semakin memuncak saat itu, tetapi mamanya sempat mengatakan bahwa pasangan berselingkuh di usia produktif (35 tahun ke atas) adalah hal yang biasa atau wajar, karena dianggap sebagai masa pubertas kedua bagi seseorang, dan hampir semua pasangan akan mengalaminya, entah sang suami atau isri yang berselingkuh. Toh, pada akhirnya suamimu nanti juga akan kembali ke pelukanmu lagi!”
“What!” Saya terperanjat dengan pernyataan yang menurut saya ‘nyeleneh’ ini. Lalu, bagaimana dengan pasangan yang tak pernah terlibat dalam perselingkuhan, dan bahkan senantiasa adem-ayem sampai kakek-nenek? Apakah itu pertanda mereka tak pernah mengalami masa pubertas kedua? Jangan-jangan pubertas kedua hanya dijadikan alasan untuk perselingkuhan?
Dalam hal ini, saya tak sedang memerdebatkan pendapat saya dengan orangtua teman saya, namun satu hal yang pasti jika kita menghendaki kehidupan pernikahan kita dengan pasangan terhindar dari jerat perselingkuhan, entah ketika kita mengalami pubertas maupun tidak, bangunlah keintiman. Share on X
Yah, inilah 3 keintiman yang harus dipertahankan ketika fase pubertas kedua itu menyerang diri kita atau pasangan kita:
1. Intim dengan Tuhan
Apakah setiap orang yang beragama atau beribadah dijamin tak akan selingkuh? Tidak! Karena memang tak semua orang yang memeluk suatu agama ataupun rajin beribadah selalu memiliki hubungan pribadi yang dekat dengan Sang Khalik. Tetapi kalau dengan Tuhan yang tak kelihatan saja bisa setia, tentulah dengan pasangannya sendiri yang secara kasat mata terlihat tiap hari pun juga tetap akan setia.
Kesetiaan itulah hasil dari keintiman kita dengan Tuhan. Jadi, buatlah pasanganmu jatuh cinta kepada Tuhan terlebih dahulu agar dia pun makin jatuh cinta kepadamu, bukan dengan selingkuhan.
2. Intim dengan pasangan hidup
Ketika hubungan kita dengan Tuhan itu baik, sejatinya keintiman kita dengan pasangan pun juga ikut terbangun. Ada rasa saling percaya dan terbuka apa adanya, tanpa ada ganjalan yang tersumbat di hati. Jika ada sumbatan, apabila sumbatan itu dibiarkan, maka akan makin menumpuk dan menjadi bumerang di kemudian hari. Jadi, buanglah itu jauh-jauh!