Saya tidak ada rencana untuk menulis sesuatu di Hari Pahlawan ini, tapi tiba-tiba saja tersentak. Di Viaduk Jalan Pahlawan tiga nyawa tewas, belasan terluka karena menyaksikan drama kolosal “Surabaya Membara”. Kok bisa?

Ternyata saat mereka asyik menonton, ada kereta api yang lewat. Kepanikan membuat mereka berdempet-dempetan, berdesak-desakan, dorong-dorongan yang mengakibatkan sebagian jatuh ke jalan beraspal enam meter tingginya, bahkan, astaga, ke arah rel dengan kereta api yang sedang melaju.

Saat melihat fotonya yang terpampang di media massa, apalagi melihat videonya yang langsung viral di mesos, saya sudah ngeri apalagi kalau saya berada di sana pada saat acara berlangsung.

Tepat di Hari Pahlawan, sebelum masuk kerja, saya merenungkan tiga pertanyaan ini:

 

1. Apa harga nyawa memang segitu murahnya di Indonesia?

Ungkapan itu sering kita dengar dari komentar warganet maupun warga yang ngenet sambal ngopi di pinggir jalan maupun gerak café premium. Mengapa justifikasi itu muncul? Mungkin karena seringnya terjadi kecelakaan entah karena faktor teknis, apalagi human error. Yang terakhir inilah yang disoroti banyak orang. Ingatan kita belum lepas dari jatuhnya ‘singa terbang’ dan tertundanya Sriwijaya Air melesat ke udara karena penumpang protes bau duren sebanyak dua ton.

Saya jadi ingat joke yang menyengat telinga dan hati sebagai orang Indonesia. Serombongan turis naik kapal pesiar. Di tengah laut, seorang turis Swiss mengambil roti dan segumpal besar keju. Dia mengiris keju itu sedikit dan membuang sisanya yang begitu banyak ke laut. “Apa tidak sayang?” celetuk seorang penumpang.

“Di Swiss banyak,” ujarnya santai.

Penumpang asal Perancis yang merasa tubuhnya bau mengambil minyak wangi dengan botol ukuran besar, mengoleskannya sedikit ke tubuhnya dan membuang sisanya ke laut.

“Ah, parfum semahal itu you buang ke laut?” tanya seorang turis lain.

“Di Perancis banyak,” jawabnya dengan mata tetap tertuju ke laut lepas.

Penumpang asal Indonesia yang beradu mulut dengan temannya tiba-tiba saja mendorong temannya sehingga terjungkal ke laut. Semua kaget. Mereka lebih kaget lagi saat semua awak perahu sibuk menolong temannya yang timbul tenggelam dipermainkan ombak, orang Indonesia itu dengan santai berkata, “Ah, di Indonesia masih banyak!”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here