Mungkin saja cap buruk tersebut tetap layak untuk disematkan jika pihak yang bersangkutan tidak berusaha untuk memperbaiki diri. Namun, bila kita mampu melihat bagaimana si tertuduh berjuang sedemikian rupa memperbaiki hidupnya,

tidak bisakah label buruk itu disingkirkan sejenak untuk digantikan dengan rasa hormat – walau sedikit saja?

Pemikiran ini senada dengan bagian refrain lagu Ebiet yang memberondong pihak pendengar lagunya dengan sebuah pernyataan pilu:

 

“Apakah bila telanjur salah, akan tetap dianggap salah?

Tak ada waktu lagi benahi diri,

Tak ada tempat lagi untuk kembali?”

 

Saya bukan penggemar Luna Maya. Akan tetapi jika ada yang bertanya, apakah ada segenggam respek untuk beliau, pertanyaan itu akan saya iyakan. Ada prestasi yang diraihnya pasca video asusila tersebut. Ia mampu melanjutkan hidupnya dengan cara yang elegan.

Benarlah adanya sebuah pepatah yang mengatakan,

kesalahan di masa lalu adalah sebuah lembar untuk dipelajari, bukannya untuk dihidupi.

Baca Juga: Kamu Masih Punya Masa Depan, Seburuk Apa pun Kesalahanmu di Masa Lalu. Hidupmu Tidak Sempurna, Bukannya Tidak Berharga

 

Jadi, apakah masa lalu adalah sebuah keselaluan yang akan terus melekat di pundak kita? Semoga para pembaca memiliki jawaban yang bijaksana.

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here