Beberapa minggu yang lalu, saya melihat pemberitaaan hangat mengenai putusnya tali kasih artis Luna Maya dengan pengusaha Reino Barack. Hubungan yang sudah terajut selama lima tahun itu kandas, dengan menyisakan sejumlah pertanyaan dan tentu saja asumsi dari sejumlah netizen tanah air.

Sebagian besar netizen berusaha memberikan tebakan terbaik dan paling masuk akal, mengapa si pengusaha mapan ini memutuskan untuk meninggalkan perempuan yang cantik rupawan itu?
Asumsi mengerucut kepada alasan terkuat, yaitu ketiadaan restu orang tua dari pihak pria untuk melanjutkan hubungan tersebut ke arah pelaminan.
Setelah asumsi kokoh selesai dibangun, kritikan dan hujatan kembali dilayangkan kepada Luna Maya. Meskipun tidak sedikit pula yang menuduh Reino Barack sebagai pria yang tidak bisa berkomitmen.
Ah, lagi-lagi kesalahan masa lalu itu diungkit dan dipermasalahkan kembali.
Video asusila yang melibatkan Luna dan mantan kekasihnya disebut menjadi kutukan terbesar yang menghambat pencapaian besar lain dalam hidupnya.
Mungkin saya termasuk sosok yang kudet, karena sangat terlambat memberikan respons dan komentar mengenai putusnya Luna dan Reino. Namun, tangan ini gatal juga untuk menuliskan sebuah pertanyaan:
Apakah masa lalu akan tetap menjadi keselaluan?