Ia menghubungi saya melalui WA untuk sebuah janji pertemuan.  Kebetulan saya ada di kota tempat ia tinggal.  Dari namanya, saya tahu ia seorang pria.  Sayangnya profile picture di WA tak memuat gambar dirinya. Jadi, saya tak tahu pria seperti apa yang akan saya jumpai.

Saya hanya bisa menduga: pria yang membuat janji pertemuan alias konseling dengan saya biasanya cenderung berpenampilan metroseksual yang sedang bergumul dengan masalah keluarga, relasi atau malah preferensi seksualnya.  Sedari tadi, saya menanti saya bekerja di notebook, sesekali mengarahkan pandangan ke arah pintu masuk.

Lama menunggu, tak ada seorang pun yang memasuki café tempat saya duduk.  Saya pun asyik memperhatikan notebook dan memeriksa beberapa catatan jadwal.

“Pak Wepe, iya khan?” Saya mendengar suara seorang pria menyebut nama saya.

Saya mengangkat kepala dan melihat ke sumber suara itu.

Seorang pria mengenakan jeans kumal, kaos bergambar tengkorak, rambut gondrong dengan pelbagai tato di lengannya.  Gahar! Mirip seorang penyanyi Rock atau malah preman di kampung sebelah rumah.

Ketika ia mengulurkan tangannya untuk memperkenalkan diri, saya berpikir bahwa mungkin saja topik percakapan kami nanti bukan tentang relasi.  Bisa jadi tentang ketergantungan obat, menjalani kehidupan yang baru setelah keluar dari penjara, atau topik-topik yang sejenis itu.

Begitulah manusia bukan, tak pernah lepas dari prasangka?

Sebut saja namanya Bram. Seorang pemuda berusia 28 tahun, bekerja mandiri di bidang yang terkait dengan advertising.  Tutur katanya tak segahar penampilannya.  Kata-katanya terpilih dan diucapkan dengan tenang.

Bram berbicara tentang perjalanan relasinya dengan seorang perempuan yang dicintainya sepenuh hati. Di balik penampilan yang terlihat sangar, Bram ternyata seorang yang sangat religius.  Ia menjalankan kewajiban agamanya dengan rajin dan tekun.

Cara pacaran saya konservatif sekali, pak Wepe, tak pernah saya menyentuh apalagi making love dengan pacar walau sudah dua tahunan lebih pacaran,” segera sesudah mengucapkan kalimat ini, ia menarik gelas berisi jus buah pesanannya.

“ Wow …,” kagum saya dalam hati.  Sepertinya saya harus mulai mengubah persepsi saya tentang pria di hadapan saya ini.

Baca Juga: Putus Lagi? Daripada Terus Patah Hati, Kenali Penyebab Kegagalan Relasi. Cinta Sejati Sering kali Bersembunyi karena Kita Tidak dengan Baik Mengenali Diri

Bram menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan, lalu berkata,” Tapi, ternyata pacar saya hamil. Dengan mantan pacarnya.  Sekarang sudah 7 bulanan.  Apa yang sebaiknya saya lakukan?  Saya sangat mencintainya, tapi juga sangat terluka.”

“Hah …” hanya itu yang sempat terucap dari bibir saya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here