Pernahkah Anda mengalami situasi-situasi di bawah ini?

Anda diajak ngumpul oleh teman-teman, tetapi ketika sampai di tempat ngumpul, semua sibuk dengan gadget masing-masing. Begitu sibuknya, mereka bahkan tidak menyadari kehadiran Anda di sana.

Suami sibuk sekali dengan gadget-nya hingga mengabaikan Anda dan anak-anak.

Anda merasa kesulitan mengobrol dengan istri karena ia terus menerus mengecek media sosial dengan gadget-nya.

Anak-anak lebih suka mengurung diri di kamar, bermain Mobile Legend, ketimbang makan bersama keluarga.

Saat sedang beribadah, orang yang duduk di sebelah Anda bukannya menyimak khotbah malahan terpaku menatap gadget-nya.

 

Rasanya setiap hari kita menjumpai salah satu atau bahkan semua situasi di atas, bukan? Tidak sekadar menjadi pengamat, kita mungkin malahan lebih sering menjadi pelakunya.

Dalam bahasa Inggris, fenomena di atas diberi nama ‘phubbing’.

Kata phubbing dibentuk dari gabungan ‘phone’ dan ‘snub’ untuk menggambarkan sikap abai karena asyik menggunakan gawai [gadget]. Padanan dalam Bahasa Indonesianya: mabuk gawai.

Karena fenomena ini sudah sangat umum ditemui, orang-orang tidak lagi mempermasalahkannya dan menganggapnya sebagai hal yang lumrah. Bahkan melakukannya tanpa menyadari, ini adalah sebuah fenomena yang sangat tidak sehat.

Untungnya, masih ada orang dan institusi yang menyadari bahaya phubbing dan mengampanyekan gerakan #StopPhubbing. Lewat tulisan ini, saya mengajak pembaca mendukung gerakan ini dan menyuarakan hal yang sama.

Mengapa?

Inilah 7 alasan mengapa kita harus berhenti menjadi seorang phubber:

 

1. Relasi dengan Orang Terdekat jadi Renggang

Suami dan istri, bahkan di tempat tidur pun masih sibuk dengan gadget masing-masing. Anak lebih memilih menghabiskan waktunya dengan game online atau media sosial.

Sudah tidak banyak keluarga yang pada malam hari duduk bersama untuk makan di rumah. Apalagi punya waktu khusus untuk mengobrol dari hati ke hati.

Secara fisik mungkin bersama dalam satu tempat, tetapi terpisah dalam hati dan pikiran. Masing-masing hidup dalam dunianya sendiri, dengan gadget-nya sendiri.

 

2. Kebersamaan Tak Lagi Menyenangkan

Saya sering kali mendapat ajakan ngumpul bersama teman-teman. Saya merasakan, ada perbedaan antara ngumpul dengan teman-teman ketika dulu masih duduk di bangku SMP dan ngumpul-ngumpul di zaman now ini.

Dulu ketika ngumpul, ya, benar-benar ngumpul. Mengobrol, bercanda bersama, dan ketika ada yang curhat, semua mendengarkan dengan perhatian penuh. Sekarang, ngumpul-nya tetap ramai, tetapi aktivitasnya kadang hanya untuk bermain games.

 

3. Kehilangan Kepekaan 

Phubbing akan membuat kita kehilangan kepekaan terhadap orang-orang sekitar. Kita tidak lagi mengetahui apa yang sedang dirasakan oleh orang terdekat kita. Jangan-jangan, kita bahkan tidak lagi peduli. Tidak heran jika kini semakin banyak orang merasa kesepian di tengah keramaian.

 

4. Tidak Lagi Memaknai Sebuah Pertemuan 

Pernah melihat orang yang sedang berjalan dengan tetap melihat gadget-nya? Phubbing membuat hidup kita tertutup. Kita jadi tidak lagi memandang penting bertemu dan berkenalan dengan orang-orang baru. Padahal, sebuah pertemuan baru bisa saja membuka pintu-pintu kesempatan yang mungkin tak pernah kita bayangkan sebelumnya.

 

5. Kehilangan Kemampuan Bersosialisasi Langsung

Satu barang yang paling tidak boleh tertinggal saat ini adalah gadget. Gadget tanpa sadar telah menjadi teman terbaik kita. Ketika kita bepergian dengan kendaraan umum, misalnya, kita lebih memilih untuk memeriksa media sosial atau bercakap-cakap virtual di aplikasi obrolan lewat gadget ketimbang mengobrol dengan teman seperjalanan yang duduk di sebelah kita.

Jika kebiasaan seperti ini yang dipelihara, lambat laun kita akan kehilangan kemampuan untuk bersosialisasi secara langsung dengan sesama manusia.

 

6. Memupuk Individualisme

Phubbing membuat kita merasa bisa hidup sendiri – asalkan ditemani gadget. Seolah-olah kita tidak membutuhkan orang lain lagi.

 

7. Meniadakan Eksistensi Orang Lain

Mungkin kita tidak sadar atau tidak dengan sengaja melakukannya, tetapi ketika kita melakukan phubbing, kita mendiadakan eksistensi orang di sekitar kita. Orang yang kita abaikan itu kita anggap tidak sepenting gadget yang ada di tangan kita.

 

Bagaimana, sudah cukup, kan, alasan untuk stop phubbing sekarang juga? Jadi, tunggu apa lagi? Berhenti phubbing, demi kebaikan kita, demi kehidupan relasi yang lebih indah.

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here