Di tempat saya tinggal, ada sebuah stasiun radio yang beberapa kali dalam seminggu mengudarakan kisah-kisah orang sukses dalam sejarah. Program ini merupakan program yang banyak digemari pendengar. Mungkin karena setiap kali mendengar kisah orang sukses, rasanya kita pun terdorong untuk menjadi sukses seperti orang itu.
Setiap orang ingin sukses, berhasil, berprestasi, juga populer. Tidak heran jika setiap tahun orang beramai-ramai mengikuti audisi program pencarian bakat di televisi. Ingin sukses, itu alasannya.
Akan tetapi, Saudaraku, kesuksesan tidak datang begitu saja.
Di balik setiap kisah kesuksesan, selalu ada kisah perjuangan. Kita mungkin tidak pernah tahu, entah berapa ribu anak tangga kesulitan yang telah dinaiki, satu per satu, dimulai dari bawah, hingga seorang berhasil tiba di puncak dan meraih suksesnya.
Dalam sejarah, ada seorang pemuda yang bernama Yusuf mengalami kesuksesan dalam hidup. Kisahnya berawal dari kejahatan saudara-saudara kandung dan tiri yang iri padanya hingga menjual dirinya menjadi budak di usianya yang saat itu berkisar 17 tahun. Bayangkan, masih remaja!
Yusuf menjadi budak di sebuah negeri asing, di Mesir. Meskipun demikian, kisah Yusuf memiliki akhir yang sangat indah. Di usia 30 tahunan, ia diangkat menjadi tangan kanan Raja Firaun, jabatan yang setara dengan Perdana Menteri. Hingga masa tuanya, Yusuf menduduki posisi terhormat itu.
Bagaiamana mungkin seorang warga negara asing, bukan orang Mesir, mempunyai kedudukan setinggi itu?
Mari berandai-andai.
Bayangkan jika ada orang Korea asli atau orang Eropa tulen – yang tidak memiliki darah Indonesia sama sekali dalam garis keturunannya – menjadi wakil presiden atau salah satu menteri di Indonesia. Bagi kita, mungkin ini sesuatu yang janggal.
Namun, bagaimana jika kondisinya dibalik? Seorang Indonesia asli menjadi presiden Amerika Serikat, misalnya. Wuah … Sekalipun kita heran, kita pasti sangat bangga. Tentu orang itu telah berjasa luar biasa besar hingga ia bisa meraih kedudukan setinggi itu dalam pemerintahan di sebuah negara asing.
Itulah yang terjadi pada Yusuf. Yusuf dikenal Firaun pertama-tama karena Yang Maha Kuasa memberinya kemampuan untuk menjelaskan arti mimpi Firaun. Namun, yang membuat ia akhirnya tetap bertahan sebagai orang kepercayaan raja adalah karena kemampuan manajemennya yang mumpuni. Ia berhasil mengatur hasil panen di tanah Mesir hingga cukup bahkan berkelebihan untuk masa paceklik, tujuh tahun lamanya. Yusuf menyelamatkan bangsa Mesir dari bencana kelaparan yang amat panjang.
Pola pikir dan cara kerja seseorang tidak mungkin menjadi sistematis dan terencana secara tiba-tiba. Ia perlu belajar bagaimana mengatur waktu, diri, dan pola pikirnya. Dan itu harus dilakukan terus menerus dengan konsisten dalam waktu yang tentu tidak sebentar.
Sewaktu ia menjadi budak di rumah Potifar bahkan di dalam penjara, Yusuf belajar banyak hal penting sebagai bekal suksesnya. Salah satunya: belajar bagaimana mengatur waktu dengan baik.
Tidak perlu menjadi budak seperti Yusuf, apalagi sampai masuk penjara. Namun, dari contoh hidup Yusuf, masa-masa remaja dan pemuda – saat kamu masih duduk di bangku sekolah dan kuliah – adalah saat terbaik untuk mulai belajar manajemen waktu. Bagaimana caranya?
1. Kenali Tujuan Hidup
Apa yang mau kamu lakukan dengan hidupmu?
Apakah kamu mau menjadi dokter, ahli komputer, menteri, atau apa? Memang tujuan ini belum pasti tercapai, tetapi setidaknya kamu punya harapan dan tujuan yang menjadi arah hidupmu.
2. Sadari Jenis Masa yang Sedang Kamu Jalani
Seorang bijaksana pernah menulis, “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya.”
Penting bagi kamu untuk sepenuhnya menyadari bahwa
Waktu tidak bisa diulang. Waktu yang kamu miliki saat ini adalah kesempatan. Dan kesempatan, jika dilewatkan, tidak dapat diraih kembali. Share on Xsaat ini, di usiamu sekarang ini, kamu sedang menjalani masa untuk belajar dan mempersiapkan diri menjadi orang dewasa yang berhasil.
3. Tentukan Prioritas
Belajar adalah tugasmu yang utama, tapi ibadah tidak kalah pentingnya. Ingatlah, usaha tanpa penyerahan diri pada Tuhan, sia-sia. Share on X
4. Ambil Waktu untuk Menyusun Rencana
Duduk dan susunlah rencana pengaturan waktumu. Tuliskan rencanamu dalam sebuah jadwal harian.
Pertama-tama, masukkan semua tugas prioritasmu dalam jadwal. Jam untuk berdoa dan berelasi dengan Tuhan, jam untuk mengulang pelajaran sekolah, jam untuk mempersiapkan pelajaran esok hari.
Berikan waktu terbaikmu, jam-jam kamu paling segar dan dapat berkonsentrasi penuh, untuk belajar dan mengerjakan tugas.
Harus mulai dengan duduk dan menuliskan table jadual/rencana pengaturan waktu.
Setelah semua tugas prioritas masuk dalam jadwal, kamu boleh memasukkan jam-jam untuk istirahat, main, chatting, hang out dengan teman, dan lain-lain.
Itu adalah contoh manajemen waktu harian. Kamu juga bisa menyusun rencana tahunan. Misalnya, menentukan target yang mau dicapai atau dikerjakan dalam liburan tahun ini dan tahun depan.
Tidak melulu harus traveling, liburan juga bisa diisi dengan mempelajari skill-skill yang akan bermanfaat untuk masa depanmu. Belajar musik, menulis artikel, atau belajar masak hanyalah beberapa contohnya.
4. Laksanakan Pengaturan Waktu yang Sudah Kamu Buat
Jangan sampai itu hanya menjadi tulisan tak bermakna di kertas belaka. Jadwal, serapi apa pun itu dibuat, akan jadi percuma jika tidak dilaksanakan.
Penyakit terbesar yang menghambat manusia untuk melaksanakan apa yang menjadi rencananya adalah kebiasaan menunda-nunda.
Untuk segala sesuatu ada masanya. Hari ini punya bagiannya sendiri untuk apa yang jadi bekal untuk hari esokmu. Kamu bertanggung jawab untuk hari ini, hari ini. Sementara besok sudah menanti tanggung jawab yang lain. Jika kamu menunda apa yang seharusnya kamu kerjakan hari ini dan mengerjakannya besok, kamu sama saja membuang ‘bensin’ yang harusnya kamu pakai untuk besok di hari ini. Akibatnya, besok jalanmu tidak akan lancar, bahkan bisa jadi kamu mogok, atau ‘mesin’mu rusak.
Begitu banyak anak-anak muda dan pelajar yang merusak hidup mereka sendiri karena kebiasaan menunda-nunda ini. Menunda belajar, yang seharusnya menjadi tugas prioritas yang dilakukan setiap hari, dan menumpuk semuanya di malam terakhir menjelang ujian akhir. SKS, Sistem Kebut Semalam, sebuah trend di kalangan pelajar, terutama di Indonesia.
Mungkinkah pelajaran setahun diingat semua dalam satu malam? Tidak mungkin, bukan? Akibatnya, besoknya ketika ujian, tidak bisa menjawab pertanyaan. Apa yang dilakukan? Trend berikutnya: menyontek. Hasilnya bisa saja baik di kertas, tetapi tidak dalam kenyataan hidup.
Jika kamu melakukan ini semua, kamu sebenarnya sedang melumpuhkan kemampuan otak dan mentalmu sendiri.
5. Manajemen Waktu BUKAN Ini
Manajemen waktu bukan berarti kamu menjadi super sibuk. Bukan berarti kamu membuat aktivitas sebanyak-banyaknya, sehingga tidak ada waktu istirahat [tidur] untuk tubuh dan pikiranmu.
Bukannya manajemen waktu, orang yang seperti itu disebut kecanduan kerja [workaholic]. Orang workaholic akan merasa bersalah jika beristirahat. Ini tidak sehat.
Manajemen waktu bukan berarti semua aktivitasmu berisi kerja. Me time, aktivitas yang bersifat refreshing untuk dirimu sendiri seperti mendengarkan musik yang berkualitas, menonton tayangan-tayangan yang baik dan membangun, juga bagian dari manajemen waktu.
6. Yang Terpenting dari Semuanya: Pengendalian Diri
Tidak semua hal perlu dilakukan. Lakukan apa yang memang perlu perlu dilakukan. Ini kembali kepada bagaimana kamu menentukan prioritasmu.
Jangan muluk-muluk, kendalikan jumlah rencana dan targetmu. Ingatlah bahwa kamu memiliki waktu dan tenaga yang terbatas.
Beraktivitas dan beristirahat, belajar dan bermain, bekerja dan berdoa. Usahakan ada keseimbangan.
Sebagai penutup, jika kamu memutuskan untuk melakukan apa yang kamu baca di atas, maka kamu sedang memulai sebuah perjuangan untuk menggunakan waktumu dengan bijaksana. Sebuah perjuangan untuk menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab. Walaupun berat, percayalah, Tuhan sedang mempersiapkanmu untuk menjadi seorang yang andal dan sukses.
Selamat berjuang!