3. Pa, tetangga sebelah berlibur ke Jepang lho!

Baik perasa atau tidak, sensi atau tidak, seorang suami bisa baper kalau mendapat laporan seperti itu. Bisa jadi sang istri hanya bermaksud memberi informasi, tetapi di benak suami, ucapan ini merupakan kode keras. Bukankah sebaliknya katakan saja, “Pa, apa tidak lebih baik kita liburan tahun ini?”

Jadi, alih-alih menunjukkan kalau tetangga liburan sedangkan Anda tidak atau lebih jelas lagi menunjukkan tempat liburannya, bukankah lebih baik menyerahkan opsi itu kepada suami. Jika Anda melakukannya dengan baik dengan perkataan yang lemah lembut, bisa jadi suami Anda tergerak dan keinginan Anda untuk berlibur bisa terwujud. Tidak harus ke luar negeri—Jepang misalnya—tetapi paling tidak suami sudah berusaha mewujudkan keinginan Anda sesuai bujet yang dia miliki.

4. Bukan begitu cara memotong bawang!

Memang Anda bermaksud untuk memberitahu bahwa cara memotong atau memasak suami keliru, tetapi ucapan itu menyinggung perasaannya. Mengapa? Suami sudah merasa membantu tetapi justru ditolak bantuannya. Apalagi jika sambil berkata seperti itu Anda mengambilalih tugas suami. Apa yang suami rasakan, pikirkan dan lakukan? “Ketimbang diomeli terus seperti ini lebih baik tidak usah membantu sama sekali!”

Bisa jadi cara istri—menjemur baju, misalnya—lebih baik dari cara suami. Namun, bukankah hal ini tidak terlalu penting. Jika sepele, mengapa harus diributkan? Kurang jelas? Saya beri contoh lainnya.

Misalnya, di musim dingin, suami pulang dan melihat istri sedang bersusah payah membersihkan driveway dari timbunan salju. Tanpa basa-basi sang suami langsung merebut sekop di tangan istrinya sambil berkata, “Begini cara membersihkannya. Kalau seperti yang kamu lakukan, sampai akhir zaman juga tidak selesai!” Coba, hai para istri, ucapan itu menyakitkan sekali kan? Itulah sebabnya, meskipun Anda tidak setuju, lebih baik sampaikan dengan cara yang lebih baik tanpa membuat suami merasa bodoh.

5. Kamu kok selalu pulang malam?

Apa yang tersirat di pikirang suami? “Saya sudah bekerja keras untuk menghidupi keluarga, kamu masih mencurigai saya!” Ada kalahnya—terutama di saat pekerjaan sedang padat—suami bisa saja lembur berhari-hari, bahkan berminggu-minggu. Istri perlu tahu hal ini lebih dulu sebelum tembak langsung seperti itu.

Suami—terutama yang jujur—jengkel jika dicurigai seperti itu. Saya punya sahabat yang akhirnya putus dengan pasangannya karena setiap hari setiap saat ditelpon di kantornya. Jika sahabat saya itu terlambat membalas teks atau teleponnya, dia uring-uringan.

“Saya berulangkali memberitahunya untuk tidak terus-menerus menghubungi saya saat saya sibuk di kantor, tetapi tidak ada gunanya. Dia terus-menerus mengulang kebiasaan itu. Saya sudah berkali-kali mendapat teguran dari atasan saya karena hal ini,” curhatnya kepada saya.

Jika sebagai suami Anda merasa 5 sikap, perbuatan dan ucapan istri Anda sudah terlalu mengganggu Anda, ajak istri berdiskusi atau bahas artikel ini bersamanya. Jika sebagai istri Anda merasa 5 sikap, perbuatan dan ucapan Anda menyakiti hati suami, segera berhenti. Baik suami yang ingin menambahkan daftar sikap, perbuatan atau ucapan istri yang mengganggu Anda, maupun istri yang ingin memberi masukan terhadap artikel di atas, tinggalkan komentar Anda di bawah ini.

Bukankah untuk hidup berbahagia selamanya, kita butuh perjuangan seumur hidup? Mari perjuangakan bersama-sama.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here