Kasih, andai anganku bersuara, dia kan bernyanyi
Rapsodi indah yang kan bermuara di fajar hati
Kelingking kita berjanji, jari manis jadi saksi,
Bahagia hingga sang bumi enggan berputar lagi
JKT48
Lantunan nada yang enak dari lagu berjudul Rapsodi ini mewakili perasaan hati dari banyak orang yang sedang jatuh cinta. Janji-janji cinta yang mempertaruhkan segalanya bukan saja dengan mudah diucapkan, tetapi juga dipercaya baik oleh yang menerima, maupun oleh yang mengucapkannya.
Lagu cinta ini mengingatkan saya kepada masa-masa SMA dulu, ketika Yana Yulio lewat Selamanya Cinta, Kahitna dengan Cerita Cintanya, dan Fatur ketika berkata Selalu untuk Selamanya mampu membantu para remaja yang sedang mabuk asmara untuk mengungkapkan cinta walau tidak menghilangkan kegugupan dan ketakutan ditolak.
Buat kita-kita yang belum memiliki pasangan, lagu-lagu cinta membantu kita untuk berangan-angan bahwa suatu hari nanti, kita pun akan menjalani sebuah perjalanan relasi yang membuat kita mengulang lantunan M.E: “Inikah nama cinta, inikah cinta. . . terasa bahagia saat jumpa dengan dirinya.”
Ketika masih lebih muda, kita berpikir bahwa jatuh cinta tidak seharusnya menjadi rumit. Tetapi ketika virus cinta itu merasuk jiwa kita, maka berbagai komplikasi bermunculan. Datang tanpa diundang, bahkan terkadang, datang di saat yang salah. Tidaklah heran bila jatuh cinta bisa membuat orang menjadi gila dan mengatakan kalimat seperti Farid Hardja:
Apabila cinta singgah di hati,
Bola mata sesat buta memandang
Melihat api seperti air
Dan melihat air laksana api,
Meskipun banyaknya nasehat asmara
Namun tiada satu pengobat rindu
Telinga pun tuli, mata jadi buta
Begitu panasnya demam asmara
Masa-masa penantian dan penolakan itu membuat ketegangan di film horor dan rasa sakit dari sakit gigi menjadi tidak berarti. Belum lagi bila kita mendapati diri berada dalam lingkaran cinta terlarang.