Dapatkah anda bayangkan betapa beratnya hidup seorang anak yang harus belajar di sekolah maupun tempat les privat seharian penuh setiap hari? Pertanyaannya adalah siapakah sesungguhnya yang terobsesi untuk menjadikan anak-anak itu pandai dan unggul? Orangtua ataukah anak itu sendiri? Sadarkah orangtua bahwa mereka telah melakukan kesalahan dengan menjadikan obsesinya sebagai tujuan utamanya pada anaknya. Itulah yang seringkali membuat anak-anak mengalami tekanan stres.
Banyak anak yang menjadi korban keegoisan karena obsesi orangtuanya. Orangtua terlampau memaksa kehendaknya dengan mengatur segala hal mengenai masa depan anak mereka. Tugas orangtua seharusnya mendidik dan mengarahkan, bukan mengatur dan memaksa mereka mengikuti segala keinginan! Orangtua harusnya mengarahkan anak-anaknya menemukan apa yang menjadi talenta mereka sendiri.
Kesalahan yang Pernah Kami Perbuat
Saya memiliki 3 orang anak. Satu laki-laki dan dua perempuan. Anak pertama, setelah menyelesaikan jenjang Sekolah Menengah Atasnya dan akan memilih jurusan perkuliahannya, kami paksakan untuk mengambil jurusan ekonomi atau bisnis. Kami merasa itu yang baik untuk dia karena kami berdua merupakan lulusan ekonomi. Sampai pada suatu saat kami menyadari bahwa dia sesungguhnya memiliki talenta yang tersembunyi. Talenta itu adalah memasak. Saat kami menyadari talenta itu, kami tidak ingin memaksakannya untuk mengikuti kehendak kami.
Setelah itu, kami memberikan kesempatan padanya mengembangkan talenta memasaknya itu. Kami menyekolahkannya di Management Kulinari. Ternyata keputusan itu tepat. Keahlian memasaknya berkembang dengan pesat. Walaupun kami harus terpisah jarak yang jauh, tetapi kami bersukacita. Anak kami bisa menekuni bidang yang menjadi talentanya.