Karena jenuh memeriksa tesis mahasiswa yang hendak saya uji, saya menikmati me time dengan menonton Tall Girl. Belakangan ini Fella ‘meracuni’ saya untuk menonton film remaja dan dunia sekolah seperti 17 Again dan Black Dog. Ternyata oke karena saya punya anak remaja juga. Saya jadi bisa melihat dunia dari sudut pandang mereka.
“Pak Xavier, saya menyesal dilahirkan setinggi ini sehingga sulit dapat jodoh,” ujar seorang mahasiswi yang ngajak saya ngafe sebelum pandemi berlangsung. Ternyata dia mau curhat sekaligus konseling.
Jika berdiri, gadis ini memang lebih tinggi dari saya. Selama ini, saya merasa tidak ada yang salah dengan dia. Saya tetap merasa seperti itu. Namun, bagi gadis ini, tubuhnya yang tinggi menjulang membuat cowok enggan meminang.
Film Tall Girl yang saya saksikan sendirian di rumah yang lagi sepi karena istri dan anak-anak punya kesibukan sendiri-sendiri di lantai atas, seakan menyuarakan pergumulan mahasiswi jangkung ini.
Jodi Kreyman—diperankan dengan natural oleh Ava Michelle—mengalami pertumbuhan tinggi badan luar rata-rata sejak usia 3 tahun. Pada saat duduk di senior high, tingginya 1,87 meter. Banyak teman di sekolahnya yang melakukan body shaming dengan gurauan, “How’s the weather up there?” sambil mendongak ke arahnya.
Karena minder, Jodi memilih untuk menyendiri dan menghabiskan banyak waktu untuk membaca buku-buku bermutu. Saat Stig Mohlin, siswa pertukaran pelajar asal Swedia, datang, dia merasakan hatinya berdesir. Maklum, Stig, yang kadang diejek dengan nama Ingvar Kamprad (Feodor Ingvar Kamprad adalah boss IKEA), tinggi menjulang. Ganteng lagi.
Deserian hati Jodi tidak membelai kalbu Stig. Sebaliknya, dia memacari Kimmy Stitche yang diperankan dengan centil oleh Clara Wilsey, idola utama sekolahnya. Di saat yang sama, Jack Dunkleman dimainkan dengan kocak oleh Griffin Gluck, justru mencintainya diam-diam. Jodi melirik pun tidak karena Dunklueman berpostur pendek, jauh di bawahnya. Namun, justru Dunkleman inilah cowok yang mau berkorban demi kebahagiaan Jodi.
Di akhir cerita, Dunkleman yang selalu membawa kotak papan, berhasil memenangkan hati Jodi dengan menyadarkannya bahwa menjadi tinggi itu justru asik.
Body goals oke saja asal tidak mengubah tubuh secara ekstrem lewat operasi, misalnya. Inilah kata-kata Jodi yang bisa menginspirasi kamu untuk tidak malu dengan tubuhmu sendiri.
Sebelum menemukan self-worth: “I look like Grandma’s couch.”
Setelah menemukan jati diri yang sungguh berarti: “Short handles on roll-away suitcases, my feet hanging off every bed I’ve ever slept in, having to sit sideways on airplanes. We’ve all got something about ourselves we wish we could change. But it’s completely out of our control. The only thing that we can control is how we deal with it. And the way I see it, we have two choices. We can lay low, or we can stand tall.”
Jika kita tidak bisa menghargai diri kita sendiri yang diciptakan secara luar biasa oleh Sang Khalik, alangkah sia-sianya kita mengharapkan orang lain menghargai kita apa adanya.