Menjadi seorang ibu membuat saya belajar untuk mengerjakan hal-hal “kecil” secara konsisten. Mengapa ada tanda kutip pada kata “kecil”? Sebab seringkali saya mengira apa yang saya lakukan dalam rutinitas sebagai seorang ibu adalah hal “kecil” walaupun sebenarnya “besar”. Kok bisa saya katakan “besar”?
Suatu malam, saya harus tidur lebih larut untuk menyelesaikan pekerjaan. Padahal saya jarang lembur, kecuali terpaksa sekali. Nah, di tengah saya memaksakan diri untuk terjaga, dengan sisa-sisa energi yang ada saya mencoba menyelesaikan pekerjaan. Si sulung merengek mencari saya. Dia resah, dan hanya tenang ketika memegang tangan saya. Setiap kali saya lepas tangannya dan mencoba kembali bekerja, dia kembali merengek, padahal sudah setengah tertidur.
Saya menggerutu dalam hati. “Aduh, padahal sudah dibela-belain ngga tidur!” begitu pekik saya dalam hati. Iya, saya memekik saking sebelnya, tapi ya hanya bisa dalam hati aja supaya tidak membangunkan seisi rumah.
Setelah berulang kali mencoba melepas tangan anak sulung dan tidak kunjung berhasil juga, akhirnya saya menyerah. Saya berkata dalam hati disertai rasa pasrah,”Ya ampun, mestinya tangan saya ini kalau dibebaskan bisa dipakai kerja, ini malah cuman diam pegangan tangan, ngga ngapa-ngapain“.
Ketika akhirnya benar-benar pasrah dan menerima keadaan itu, saya mulai bisa menikmati hangatnya tangan anak sulung saya, sembari tersenyum memandang wajahnya yang kini terlelap. Tiba-tiba saya tersentak oleh suara lembut dalam hati saya.
“Coba lihat tidurnya begitu pulas karena memegang tanganmu. Sebab baginya, kamulah dunianya, kamulah rasa amannya, itu bukan hal yang kecil bukan? Mana yang lebih besar artinya: mengetik materi seminar atau menyediakan rasa aman bagi seorang anak?”
Air mata saya menitik dan hati saya teriris menyadari betapa salahnya saya menilai besar atau kecil dalam peran saya menjadi ibu.
Teruntuk para ibu yang sedang tergulung dalam rutinitas yang itu-itu saja, yang bahkan untuk memekik pun hanya bisa dalam hati, kita sedang melakukan hal-hal besar. Di mata anak-anak kita adalah segalanya. Lebih dari sekedar besar bukan? Karena segalanya berarti kita tak tergantikan.
Teruntuk para ibu, yang sedang berjuang menuntaskan ini dan itu yang tak ada habis-habisnya. Ada sepasang mata kecil yang mengamatimu bekerja dan mengagumimu, meneladanimu dalam diam.
Perjuangan seorang ibu selalu dari hati, meski seringkali tak kita sadari. Percayalah apa yang keluar dari hati, akan menyentuh hati pula. Inilah yang paling berarti, yakni ketika ada sebuah hati yang tersentuh oleh perjuangan kita yang tak kunjung henti.
Love you moms. We’re on this together!