Saya ingat masa-masa mengandung anak pertama tiga tahun lalu. Waktu itu saya keukeh bin ngotot ingin melahirkan secara normal. Tak disangka semua harapan saya sirna, saya tak mampu membuat pilihan itu karena kondisi kesehatan yang memungkinkan.

Saya melahirkan anak pertama dalam bayang-bayang eklampsia, sebuah kondisi “keracunan kehamilan” yang ditandai dengan naiknya tekanan darah dan bahkan kejang tonik-klonik. Hari itu, bak petir menyambar, saya kehilangan kesadaran, kehilangan ingatan akan jam-jam kritis kelahiran anak saya, bahkan sempat kehilangan penglihatan temporal. Walaupun melalui cerita suami, saya tahu bahwa saya sempat berdebat ingin melahirkan secara normal, persalinan dengan jalan operasi Caesar tetap harus dilakukan untuk menyelamatkan nyawa kami berdua.

Setelah persalinan, kami sudah disibukkan dengan perawatan putri kami yang lahir prematur. Saya pun belajar berdamai dengan diri sendiri bahwa melahirkan secara Caesar bukanlah sebuah kutukan. Kemajuan medis ini justru adalah cara kami berdua untuk bisa survive dalam dunia ini.

Hingga hari itu tiba…

Masih Bisa Melahirkan Normal?

Ketika mengetahui bahwa saya mengandung lagi, dokter kandungan sudah melakukan langkah-langkah antisipasi sejak awal untuk menghindari Eklampsia. Saya harus meminum berbagai jenis vitamin dan suplemen, harus waspada dengan tekanan darah, harus meregulasi aktivitas dan kegiatan.

Hingga pada satu sesi kontrol kandungan, satu pertanyaan terucap begitu saja dari mulut saya, “Masih bisa lahir normal ngga, Dok?”

Dokter kemudian mengatakan bahwa jarak dengan kehamilan pertama sebenarnya dapat digolongkan “aman” untuk mencoba persalinan dengan jalan normal. Namun, karena kondisi pada saat persalinan sebelumnya, ada banyak hal yang harus dipastikan agar risiko persalinan dapat diantisipasi.

Hari itu saya pulang dengan pikiran yang tak tenang, “Bisa ngga ya? Pengen juga bisa mengalami lahiran normal.” Karena usia kandungan masih di awal trimester kedua, saya meletakkan pemikiran itu di sebuah sudut. Masih ada waktu untuk memikirkannya nanti.

Normal atau Caesar?

Awal tahun ini, kami kembali ke ruang dokter untuk kontrol. Saat diperiksa dokter menjelaskan bahwa letak kepala bayi ada di atas. “Tapi kalau Caesar ya masih aman aja,” jelas dokter.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here