Iya, bukan karena supaya istri tidak kalap dan masuk-keluar toko untuk membeli banyak barang. Bukan itu alasannya!
Lalu, apa untungnya menggandeng tangan istri di mal?
Gandengan tangan itu bukan sekadar “cuma”, Pak.
Coba Anda ingat-ingat lagi pertama kali mengajak pacar (yang sekarang menjadi istri) untuk nge-date. Pasti hati berdebar-debar pengin merasakan lembutnya tangan kekasih. Alhasil, Anda mulai cari-cari kesempatan. Dari sentuhan yang kesannya tidak sengaja, hingga magnet makin menguat dan kedua tangan terkait erat. Degdegan? Tapi suka, kan?
Coba Anda reka ulang lagi. Jangan merasa sudah sangat terbiasa hingga menggandeng tangan istri menjadi sebuah beban yang beratnya setara dengan truk gandeng. Ingat-ingat lagi pertama kali merasakan setrum ketika menggandeng tangan kekasih. Pasti selain telapak dingin penuh keringat dingin –yang dengan segera menghangat, malamnya Bapak senyum-senyum bahagia.
Kali ini, genggamlah tangan istri dengan penuh syukur. Tangan inilah yang sudah berjerih lelah menyiapkan banyak hal untuk Bapak dan anak-anak. Tangan, yang dulunya halus, berubah makin kasar karena harus mencuci baju dan memasak untuk seisi rumah. Tangan yang sama juga menanggung bukti cinta Bapak dan ikatan seumur hidup di jari manisnya.
Genggam tangannya. Dengan hangat dan penuh perasaan. Rasakan lagi getar cinta yang mula-mula.
Lain genggam, lain peluk, loh, Pak. Yang ini bobotnya lebih berat. Pelukan di bahu atau pelukan di pinggang punya makna yang serupa tapi tak sama.
Pelukan di bahu mengirim pesan bahwa Bapak membutuhkan istri di samping. She is needed. Bukan sekadar tambal butuh, tetapi tanpa kehadiran istri rasanya hidup tak afdal. Jenis pelukan seperti ini, di zaman pacaran, seperti sebuah afirmasi bahwa dengan kehadirannya hidup Bapak menjadi komplet, seperti kopi susu dengan gula aren yang sedang nge-tren.
Karena itu peluklah bahu istri dengan rasa bangga. Nyatakan kepadanya bahwa Bapak bangga memiliki pendamping seperti dirinya. Walau mungkin sekarang puncak kepalanya telah dihiasi helai-helai yang memutih dan sudut matanya tak sekencang dulu, pastikan ia tahu Bapak yakin tidak salah memilihnya.
Biasanya setelah tangan memeluk bahu, muncul modus terpeleset hingga nangkring di pinggangnya yang ramping. Nggak usah malu mengakui modus masa muda, Pak. Pelukan seperti ini pesannya kuat sekali, “She’s mine.” Selain itu, ada sebuah keintiman dan pernyataan ketertarikan yang tidak terbantahkan.
Istri mungkin menolak dan mengaku geli. Percayalah, Pak, pelukan di pinggang akan membuat hati istri berseri-seri. Munculkan lagi modus dan aksi a la Mission Impossible untuk meyakinkan istri. Walaupun tubuhnya berubah setelah mengandung dan melahirkan anak-anak, walaupun ia tak lagi singset seperti ketika pacaran dahulu, she’s still yours.
Ketika istri merasakan hangatnya genggaman, kebanggaan dan keintiman pelukan Bapak, niscaya ia merasa dirinya sebagai perempuan paling bahagia. Apa lagi yang dibutuhkan seorang perempuan yang dihargai, diingini, dan dimiliki oleh suaminya?
Ya, mungkin masih butuh sepasang sepatu atau sebuah tas baru lagi. Tapi semua itu tentu tak sebanding dengan senyum semringah istri yang pastinya menular ke wajah Bapak, kan? Bahagia bisa dimulai dengan genggaman tangan dan pelukan hangat.
Perlu bukti? Sila dicoba!