Bagi sebagian orang, mantan tak meninggalkan jejak apa pun. Berlalu begitu saja, seperti kendaraan yang lewat di depan mata. Namun, bagi sebagian yang lain, mantan itu tak terlupakan. Orangnya sudah pergi, tetapi kenangannya menetap di hati. Peristiwa tertentu dan bahkan perjumpaan dengan orang lain akan membawa kita kembali pada masa lalu, saat masih bersama sang pacar –yang kini telah menjadi mantan.
Saya rasa hal yang seperti ini ada di balik syair lagu “Glimpse of Us”-nya Joji.
“Cause sometimes I look in her eyes, and that’s where I find a glimpse of us.”
Sedih kan ya, sudah bersama dengan orang lain, kok masih saja ingat mantan?
Mantan sering kali tak terlupakan karena kenangan; yang baik dan yang buruk. Kenangan buruk membangkitkan kemarahan dan sakit hati, sementara kenangan baik membawa penyesalan. Masalahnya, ketika kita belum ikhlas melepaskan seseorang, memori kita itu selektif. Yang buruk dikubur mendalam, yang baik ditayangkan ulang.
Parahnya lagi, pikiran kita juga ikut mendekorasi memori itu sehingga terasa makin indah. Misalnya, peristiwa sejarahnya adalah makan bersama di warung bakso. Makna peristiwa itu menjadi dalam dengan bumbu yang ditambahkan oleh pikiran kita, seperti, “Waktu itu kok ia peka sekali kalau saya lapar, lagi kepengin bakso, dan membayangkan warung bakso Pak Hadi. Apalagi baju yang dikenakannya matching dengan sandal saya.”
Jadi, mengapa mantan sulit terlupakan? Karena kenangan itu telah didekorasi oleh pikiran kita. Dan kenangan yang terasa indah itu menjadi makin kuat hadir di pikiran. Keberadaannya membuat kita merasa lebih baik di tengah kesepian yang mungkin saja sedang melanda.
Ingin melupakan mantan? Ikhlaskan. Melangkahlah ke depan.
Jangan sampai keindahan kenangan masa lalu –yang sebenarnya juga tidak seindah itu– membuat kita tak dapat melihat keindahan yang ada di dekapan atau di depan mata kita.
Barangkali ketika tangan kita terbuka, merelakan yang sudah angkat kaki benar-benar pergi, maka kehidupan akan mengisinya dengan yang baru.
The best is yet to come!
