Dari mana datangnya tumpukan kertas ini? Bryan kepayahan melihat meja kerjanya yang berantakan. Suara mesin penghancur kertas terdengar seiring dengan tangan Bryan yang sibuk memilah dokumen mana yang harus dibuang.
Tangannya menyentuh sebuah kertas karton tebal. Ia bersiap membuang benda yang ia pikir kalendar lama ketika yang muncul ternyata undangan dengan tulisan bersalut emas.
Simon Wijaya, Ph.D. & Livi Pauline Tanuwiharja SE, MA.
Damn it! Tanpa berpikir panjang, Bryan memasukkan undangan itu ke dalam mesin. Dalam hitungan detik, undangan itu sudah berubah bentuk menjadi seperti setumpuk mie kertas. Kenapa undangan laknat itu masih bertengger di mejanya?
Bryan berusaha keras berkonsentrasi memilah dokumen order Bubbly Tea, menyingkirkan bayangan gadis berambut pendek yang pernah ada di masa lalunya. Ia baru menarik tumpukan kertas baru ketika ponselnya tiba-tiba berpendar. Sebuah pesan dari nomor tak dikenal masuk.
Hi Ko Bryan, ini Lisbeth. Kata Cici Livi, perusahaan Ko Bryan mau kasih sumbangan buat Yayasan Sahabat Tuli? Kalau ada yang kurang jelas, bisa hubungi saya via WhatsApp. Thanks. Have a nice day.
Bryan membanting ponsel. Ia tak peduli jika layarnya retak atau ponselnya rusak. Dengan gampang ia bisa memborong selusin ponsel ketika ia ke Singapura bulan depan.
Sialan! Rentetan makian muncul di benaknya. Buru-buru Bryan bangkit menuju kulkas kecil yang ada di sudut ruangannya. Namun, langkahnya terhenti tepat di depan wine cooler. Ia membuka pintunya, bersiap mengeluarkan sebotol Pinot Noir.
Seteguk saja. You need this, bujuk suara lembut penuh bisa di hatinya. Just one sip.
Bryan memejamkan matanya. Batinnya berperang. Ia tahu tak mungkin hanya seteguk yang ia minum. Dimas sialan! Untuk apa ia menaruh wine cooler di kantor? Tanpa sadar, Bryan menggertakkan gigi. Ia harus menang. Ia harus buktikan bahwa ia bisa. He’s sober. He’s no longer the old Bryan.
Ia membanting pintu wine cooler. Dengan cepat, ia membuka pintu kulkas, meraih sebotol Coca Cola dan menegaknya hingga habis.
I can do this.
Dadanya sesak, ia butuh udara segar. Dengan langkah panjang, Bryan meninggalkan kantornya di lantai 3. Deretan meja dan kursi kosong menyambutnya di lantai dasar. Suara lembut Michael Buble menyenandungkan Home, lagu kebangsaan yang selalu diputar minimal 15 kali di kafenya untuk secara halus mengusir, ah tidak, mengingatkan para tamu yang masih betah menyeruput boba bahwa mereka punya rumah untuk pulang. Tak banyak tamu yang sadar, bahwa ketika mereka beranjak pulang, para karyawan masih harus melakukan closing checklist yang cukup memakan waktu. Bryan berjalan menyusuri jejeran kursi yang sudah tertata rapi di atas meja.
“Semua sudah beres, Yu?” tanya Bryan kepada Ayu yang sibuk mencuci lalu mengeringkan tutup-tutup dari botol sirop.
“Kaca jendela sudah dilap, Rusdi udah kelar ngepel lagi buang sampah,” lapor Ayu.
Bryan mengangguk, pandangannya menyapu lusinan peralatan makan yang sudah dicuci rapi. Tinggal panci besar bekas boba yang masih direndam air sebelum dicuci.
“Kalau sudah kelar pulang aja, Yu. Saya yang beresin.” Bryan mengambil spons dan mulai menggosok panci boba.
“Jangan, Koh Boss. Saya aja,” tolak Ayu panik.
“Kamu pulang,” perintah Bryan dengan nada tak bisa dibantah. Mau tak mau, akhirnya para karyawannya pun meninggalkan kafe satu per satu.
“Koh Boss, pulang ya.” Rusdi berpamitan.
“Hati-hati,” balas Bryan. “Tolong matiin lampunya, Di.” Sekejap, ruangan kafe yang tadinya terang benderang berubah temaram. Hanya lampu dapur yang masih menyala.
Bryan seorang diri masih menggosok bagian bawah panci, berusaha membersihkan sisa-sisa boba hitam yang melekat. Tangannya yang dahulu biasa merangkul wanita, kini … memegang spons dan panci.
Seandainya masa lalu bisa digosok semudah dan sebersih ini ….
***
[1] 落花有意,流水无情 luò huā yǒu yì, liú shuǐ wú qíng: Bunga yang jatuh menyimpan rasa, tetapi air mengalir tanpa memedulikannya. Cinta yang bertepuk sebelah tangan.
[2] Kalimat ini diambil dari ucapan Mencius 不孝有三,无后为大, bú xiào yǒu sān, wú hòu wéi dà, artinya ada banyak tindakan yang tidak berbakti, yang paling tidak berbakti adalah tidak punya keturunan.