Inilah kisah tentang seorang tuan putri dan seorang pemuda.
Status sebagai anak raja memungkinkan putri ini mendapatkan apapun yang ia inginkan. Saat itu, ia menginginkan hal yang sama seperti yang diinginkan oleh gadis-gadis lain di wilayah kekuasaan ayahnya.
Ia jatuh hati kepada seorang prajurit yang popularitasnya meroket tinggi melebihi popularitas ayahnya. Ia jatuh hati kepada seorang pahlawan perang.
Ia pun memberitahukan ayahnya, sang raja, dan meminta agar pahlawan itu bisa menjadi suaminya.
Sebagai raja, ayahnya memiliki pertimbangan yang berbeda. Ia melihat pemuda ini sebagai salah satu ancaman terhadap tahta dan karena itu, ia pun mencari cara untuk bisa mengendalikan prajuritnya dan menghilangkan ancaman itu.
Pernikahan merupakan cara yang jitu untuk melakukan semua itu, demikian pikir sang raja.
Ia mengabulkan keinginan putrinya dan sebuah pernikahan indah pun terselenggara.
Happily ever after?
Ternyata tidak.
Putri ini sangat senang karena ayahnya telah mengabulkan keinginannya dan ia pun mendapatkan pria idaman itu. Dalam kebahagiaannya itu, ia bersedia melakukan apa saja yang diminta oleh ayahnya. Ia mulai membagikan berbagai informasi tentang suaminya dan memberitahu apa saja yang ingin diketahui oleh sang ayah.
Tanpa sadar, ia dipakai oleh ayahnya untuk memata-matai suaminya.
Karena kecemburuan masih juga tidak dapat dipadamkan oleh pernikahan, sang raja pun menjadi gelap mata dan ketika muncul kesempatan, ia mencoba untuk membunuh menantunya. Ketika rencana itu gagal, si pemuda segera melaporkan kejadian ini kepada istrinya.
Saat itu, loyalitas dalam diri wanita ini pun terbagi dua. Di satu sisi, ia adalah putri raja yang selama ini selalu mendapatkan apa yang ia inginkan. Di sisi lain, ia adalah suami dari sang pahlawan yang telah merebut hatinya.
Akankah ia tetap menjadi tuan putri ataukah seorang istri?
Walau awalnya ia membuat keputusan untuk membantu suaminya melarikan diri, wanita ini akhirnya memilih status anak dan menyalahkan suaminya di hadapan ayahnya. Ia tidak bisa lepas dari bayang-bayang sang ayah.
Sobat RR,
Mark Rutland berkata, “Hai wanita, kamu tidak akan pernah menjadi ratu bila kamu tidak bisa berhenti menjadi tuan putri. Pada satu titik, kamu harus bergeser posisi dari anak perempuan ayahmu menjadi istri suamimu. Kalau tidak, dasar pernikahanmu tidak akan bisa menjadi kokoh.”
Sambil menuliskan kata-kata ini, saya menyadari bahwa peringatan ini juga berlaku untuk kelompok pria yang tanpa sadar, tidak bisa melepaskan posisinya sebagai anak mama untuk menjadi suami bagi istrinya.
Harapan untuk Anda dan saya, semoga cerita ini bisa membantu kita melakukan evaluasi atas loyalitas kita terhadap pasangan, karena ketika loyalitas itu bercabang, pernikahan pasti akan goyah.