Episode 4
“Sudah kali kedua dalam minggu ini, kamu datang ke crematorium Ta. Apa Daniel benar membuat masalah?” Pertanyaan di sela kepulan terdengar parau, kebiasaan ibu yang belum kunjung berhasil diubah. Gelas berisi susu coklat buru-buru ku terima dari jemari ibu yang bergetar. Usia memang tak bisa disembunyikan dengan cat rambut ataupun skincare mahal.
“Bukan, hanya saja Tata tak menyangka kalau akan rumit begini bu. Nadia memang benar, jika Tata terus menerima karyawan karena iba maka ke depannya akan ribet sendiri. Maksud baik tak selalu berjalan baik.”
Tak ada respon dari ibu. Kepulan asap terlihat seperti awan yang terbang menembus langit malam. Memang hanya di lantai atas apartemen, aktifitas unfaedah ibu diperbolehkan dilakukan. Alhasil pot besar pepaya California yang ditanam menjadi tong sampah sementara puntung ibu. No wondering tak kunjung berbuah.
Paman pernah bercerita kebiasaan adiknya ini baru dimulai beberapa menit hakim setelah palu diketuk menandakan keputusan 10 tahun penjara bagi suaminya. Entah darimana ibu tetiba mendapat ide membakar uang padahal untuk bernaung saja harus menumpang di sudut kamar lembab kontrakan paman.
“Itu lebih baik daripada dia menanggalkan raga nya secara paksa. Toh tiap manusia berbeda cara mengalihkan kemarahan dan kekecewaan.“ Jawaban paman sekian tahun lalu tetap berputar di telinga kala tangan ini ingin mencegah ibu menyalakan rokok. Sayangnya pengalihan kemarahan itu terus berlangsung walau dupa sudah kembali ibu haturkan di altar klenteng saat ayah kembali ke hidup kami. Begitulah susahnya terlanjur melekat, sudah tahu merugikan tapi yah rasanya ada belenggu yang menempel.
“Bukankah masalah Daniel akan selesai saat dua hari lagi saat kamu pecat?”
Aku menghentikan tegukan sebelum menggelengkan kepala seraya menatap wajah ibu yang sedikit terlihat oleh sinar purnama. “I wish semudah itu bu!”
“Oh, jadi dia yang kamu jatuhi hati? Another bad boy ya. Ini sudah kesekian kali, dan jauh lebih rumit. Rahel kalau kelak tahu, mungkin akan meminta maminya menikah dengan Daniel. Jika Winne masih suka tentu tak bisa menolak dan suasana kedai kalian akan tak menyejukan bagi semua kru. Masih ingat bukan cerita ibu tentang Yuri yang jatuh cinta sama ayahmu hingga mengirimkan preman untuk memukuli ibu?”