Kehidupan tak selalu berjalan sesuai harapan. Kisah seorang rekan yang dituturkan pada saya ini adalah salah satu bukti bahwa tekad dan perjuangan menjadi bagian penting dari kehidupan.
Namaku Merida. Seperti perempuan lainnya, aku memiliki impian dapat memiliki rumah tangga yang bahagia bersama suamiku. Harapan yang terkesan tidak muluk dan masuk akal. Aku berpikir dapat memulainya bersama Deo. Kami berikrar di hari itu untuk setia dalam segala keadaan. Suka maupun duka, sehat atau sakit, termasuk dalam untung atau malang.
Kupikir aku sudah cukup terlatih, karena telah melewati jatuh-bangun masa pacaran 20 bulan. Aku merasa sudah cukup memahami Deo, bahkan baik-buruknya luar dalam. Meskipun ia pernah menjadi mantan pecandu narkoba, Deo sudah berhasil membuka lembaran baru. Kami bersama melewati semuanya; Deo dinyatakan bersih berkat daya upaya yang kami curahkan sekuat tenaga.
Namun, ternyata ada hal lain yang belum dibukakan padaku; sebuah hal yang tidak terduga. Inilah kisahku.
Mendung yang diam-diam mengintip
Aku dan Deo telah sah menjadi suami-istri. Saat itu, kami sedang membahas tentang obat dokter yang dikonsumsinya. Dari sana suamiku mengaku, ia menderita bipolar. Kejutan tidak berhenti sampai di sana.
Suatu waktu, aku harus menebus obat ibu mertuaku di apotek. Apoteker berkata bahwa ia tidak bisa memberikan obat itu tanpa kopi resep. Alasannya, itu adalah obat keras. Sang apoteker berkata bahwa obat ini berguna bagi saraf penderita bipolar.
Ketika sampai di rumah, aku segera bertanya pada Deo. Fakta “baru” lain terkuak juga; Deo bercerita memang keluarganya juga menderita bipolar. Aku menghadapi kenyataan GANDA yang sangat mengejutkan.