Covid, ditolak dan dijauhi. Cinta, dicari dan didamba. Covid dan cinta sepertinya tak punya kesamaan, bertolakbelakang malah. Namun, tahukah fRRiends, bila kita mencoba merenungkan antara Covid dan cinta, kita bisa dan akan menemukan banyak keserupaan makna dalam kehidupan ini. Simak tiga yang saya temukan setelah ditemani Covid selama beberapa minggu ini.
1. Masing-masing punya kisah
Covid disebut sebagai a disease with “thousand faces”. Walaupun ada beberapa gejala serupa yang umum ditemukan dalam mayoritas kasus, tidak ada satu kasus yang persis sama. Demikianlah cinta, it is a journey with “thousand stories”. Tidak ada satu kisah cinta yang identik dengan yang lain, semirip apapun itu.
Perjalanan yang “unik” ini mengajarkan kepada kita semua untuk tidak membanding-bandingkan kisah kita dengan orang lain, baik kisah “pertemanan” dengan Covid maupun kisah “persahabatan” istimewa dengan cinta. Sekalipun ada yang berakhir bahagia dan ada yang berakhir lara, membandingkan diri dengan yang lain akan merampas makna yang sehati dari perjalanan itu. Yang merasa lebih beruntung bisa tergelincir dalam takabur, yang merasa lebih buntung bisa tersedot dalam lumpur mengasihani diri.
Selalu ada permata tersembunyi dalam tiap perjalanan, yang dengan mudah terlewatkan ketika kita tidak menikmati langkah di hadapan dan malah sibuk mencari hal-hal yang tak kita miliki. Namun, ketika kita belajar dari suka dan duka yang kita terima dari hidup, lewat Covid atau cinta, kita akan menemukan vitamin yang membuat kita makin kuat meneruskan perjalanan, makin dewasa menyikapi keadaan, dan makin mensyukuri anugerah Sang Pemilik Kehidupan.
Para pejuang dan penyintas Covid, yuk bagikan kisahmu. Ceritakan pada dunia bagaimana si virus bandel itu telah mengubah hidupmu. Para pejuang cinta dan penyintas patah hati, yuk ceritakan kisahmu. Tuliskan bagaimana cinta telah meninggalkan jejaknya dalam hatimu.