Rahel memilih kata “emak” sebagai nama panggilannya, karena terkesan lucu dan membumi. Ia berhasil menghibur ibu-ibu Indonesia dengan aneka postingan yang dikemas dengan konyol, namun sarat makna. Sebagian besar konten tulisan atau video Rahel berisi tentang seputar kehidupan emak-emak. Baik sebagai istri, ibu, ataupun ibu-ibu pada umumnya di masyarakat. Semua konten ini mengandung ajakan positif bagi setiap ibu untuk berbahagia dan berbangga.
Untuk seorang “ibu berdaster”, Rahel memiliki follower yang cukup banyak.
Daster Pun Naik Pangkat
Selain pandai memparodikan kehidupan emak-emak rempong, Rahel juga membuat image daster menjadi naik kelas. Memang daster menjadi outfit wajib emak Rahel.
“Tidak sedikit orang masih memandang daster dengan sebelah mata (karena dianggap hanya berfungsi untuk pakaian santai). Padahal in a real life, daster sungguh dicintai oleh ibu-ibu. Mengapa harus malu dengan daster?”
Emak Rahel dan daster menjadi satu paket yang tidak tergantikan. Kekuatan seorang ibu rumah tangga terpancar dengan support system sederhana. Sesimpel daster yang ia pakai. Meskipun outfit daster terkesan ringkas, percayalah bahwa postingan seputar kehidupan ibu-ibu yang diramunya tidaklah datar dan membosankan.
“Dalam postingan saya, selalu ada curcol dan DM dari para ibu di seluruh Indonesia, bahkan dari luar negeri. Ibu-ibu tersebut bercerita tentang pelbagai hal. Mulai dari kejenuhan sebagai ibu rumah tangga, permasalahan dengan suami, anak, serta mertua. Dari situ, pikiran saya makin terbuka dan sadar. Permasalahan ibu itu sangat banyak dan kompleks,” kata Rahel.
Berangkat dari kesadaran itulah, Rahel terbeban dan terinspirasi untuk berbagi semangat.
“Sebagai perempuan dengan atribut ibu dan istri, saya ingin mempertegas konsep Women empower women. Sudah seharusnya sesama perempuan itu saling mendukung dan memotivasi, alih-alih menyerang. Seorang perempuan yang berbahagia akan sungguh-sungguh berdampak baik. Entah itu untuk diri sendiri, keluarga, atau bahkan masyarakat.”
Rahel tidak asal bicara. Sebagai penderita bipolar, ia mengerti bagaimana benar rasanya belajar kembali untuk berbahagia. Saat ia berjuang dan memutuskan untuk berbahagia, kedua anaknya tumbuh dalam lingkungan yang sehat.
Untuk itu, ia berpesan bahwa
“Be the best version of yourself. Jiwa dan hati yang tulus ikhlas, pikiran positif serta tubuh jasmani yang sehat akan membuat kita menjadi pribadi yang produktif. Kita mampu berdampak, bersemangat, menjadi cahaya, serta menjadi berkat. Kita sanggup menghadapi ups and downs kehidupan ini dengan tangguh.”
Rahel berkata bahwa perempuan perlu menangis untuk membersihkan jiwanya yang terluka. Namun perempuan juga harus mampu bangkit dari segala keterpurukan hidup.
“Never let someone’s opinion define you.
Jangan biarkan orang lain menentukan harga dirimu.
Ingatlah, kebahagiaan itu kita ciptakan sendiri. Niscaya mampu menjadi perempuan terbaik versi diri kita.”
Sebagai penutup, kita bisa menyimak tulisan pendeknya yang mencerahkan dan menginspirasi.
BE A WOMAN WARRIOR
(Diambil dari akun FB: Rahel Yosi Ritonga)
Foto kiri waktu masih punya anak satu.
Resign dari pekerjaan, meninggalkan drama baby sitter, ambil keputusan mengurus anak sendiri, tapi masih punya ART.
Foto kanan setelah punya dua anak.
Mengurus keduanya sendiri, meninggalkan drama ART, urus rumah sendiri.
Aku bukan tim ibu-ibu yang setuju bahwa perempuan setelah punya anak jadi kucel, jadi ga cantik lagi, jadi ga bahagia.
Aku juga bukan tim ibu-ibu yang setuju bahwa kebahagiaan seorang istri/ibu tergantung/terletak sepenuhnya dari bagaimana seorang suami memperlakukan istrinya.