Saya perempuan berusia 46 tahun dan masih single. Apakah saya bahagia? Jawabannya sangat relatif.
Namun saya lebih suka menggunakan istilah puas daripada bahagia. Apakah saya puas dengan kehidupan saya yang single? Saya pribadi berani berkata secara keseluruhan saya puas dengan kehidupan yang saya jalani sekarang. Ini sebagian kisah kehidupan saya.
Puas Bukan Bahagia
Saya lebih memilih istilah puas karena saya memang tidak selalu merasa bahagia selama perjalanan hidup single. Kadangkala masalah bisa datang bertubi-tubi, baik itu masalah kesehatan, relasi, ekonomi, keluarga, dan pekerjaan. Ketika masalah datang, tentu saya merasa sedih, gundah, berkonflik, marah, dan berbagai emosi yang tidak menyenangkan lainnya. Saat seperti itu rasa bahagia tentu absen. Tetapi di tengah masalah yang sedang menimpa, ada intermezo-intermezo yang bisa menyegarkan perasaan yang gundah.
Misalnya, tiba-tiba muncul ide sebagai solusi atas masalah yang sedang dialami; atau ada kesempatan dan tantangan baru di balik jalan buntu tersebut. Maka rasa bahagia bisa muncul, menyisip di tengah perasaan yang tengah berkecamuk. Jadi, bahagia dan tidak bahagia (sedih, kecewa, dan marah) tentu akan terus mewarnai kehidupan saya.
Saya lebih memilih istilah puas dibandingkan bahagia karena menurut saya, puas mencerminkan kondisi yang lebih konstan dibandingkan bahagia–yang adalah perasaan yang mudah sekali berubah. Secara keseluruhan saya puas dengan kehidupan saya sebagai single terutama karena saya dapat memberdayakan kemampuan-kemampuan yang ada. Memang belum optimal. Masih banyak kemampuan saya yang harus dieksplorasi dan diberdayagunakan. Namun, sejauh ini saya telah menggunakan kemampuan itu untuk mendatangkan kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain.
Dua Ukuran Kepuasan Hidup
Kepuasan kehidupan saya sebagai single berangkat dari dua ukuran. Pertama, memberdayakan kemampuan yang saya miliki. Kedua, menggunakannya untuk mendatangkan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Dengan kata lain, saya menjadi orang yang aktif, produktif, berguna, dan bermakna. Saya kira di situlah letak kunci untuk merasa puas dengan kehidupan kita, entah kita menikah atau masih single. Ketika kita merasa puas, otomatis perasaan bahagia datang menyertainya.