Ketika Covid-19 mulai menyebar di Indonesia, dua kelompok besar terbentuk dalam masyarakat dari cara mereka memberi respons.

Kelompok pertama adalah mereka yang selalu optimis. Mereka yang berkata bahwa badai akan segera berlalu. Bahwa kita tidak perlu terlalu khawatir. Sebelum Paska, semua akan kembali normal. Ketika Paska sudah datang dan berlalu, mereka lalu berkata, “Sebelum Lebaran, semua akan kembali normal.” Inilah kelompok optimis yang selalu berkata bahwa sebentar lagi, keadaan akan membaik.

Kelompok kedua adalah kelompok yang melihat keadaan dengan kacamata informasi. Kelompok ini rajin memilah berita dan hanya mengacu kepada sumber terpercaya. Kelompok ini juga tekun mengamati perkembangan di berbagai negara lain sebagai pedoman, hal-hal yang bisa diantisipasi untuk akan terjadi juga di negara kita. Ketika berbicara dengan kelompok ini, tidak sedikit dari kita yang merasakan hawa pesimis. Dalam kondisi yang begitu parah, manusia di kelompok ini akan berkata bahwa keadaan bisa menjadi lebih buruk lagi sebelum menjadi lebih baik.

Rasa pesimis dan depresi serupa juga bisa muncul ketika kita membaca buku In Love and War yang ditulis oleh Jim Stockdale dan istrinya.

Walaupun kita tahu bahwa Jim pada akhirnya bebas, kisah penderitaan yang dialaminya selama delapan tahun menjadi tahanan perang di Vietnam sangatlah menyayat hati.

Capt. James Stockdale, “Hanoi Hilton” – military.com

Ia harus hidup dengan siksaan, ia tidak pernah tahu apakah ia akan dilepaskan, dan sebagai pemimpin tertinggi di dalam kompleks penjara itu, ia harus tetap membantu rekan-rekannya untuk bisa tetap berjuang tanpa kehilangan semangat.

Ketika mendapat kesempatan untuk mewawancarai Jim Stockdale untuk buku Good to Great, Jim Collins mengajukan pertanyaan ini,

“Siapakah yang tidak mampu bertahan?”

“Oh, itu sangat mudah,” balas Stockdale, “Orang-orang optimis.”

“Orang optimis? Saya tidak mengerti,” sahut Jim Collins, bingung.

“Orang optimis.

Mereka yang berkata , ‘Kita akan bebas sebelum Natal.’

Lalu Natal datang dan pergi.

Kemudian mereka akan berkata, ‘Kita akan bebas sebelum Paska.’

Lalu Paska datang. Dan pergi.

Seperti itu, terus berulang.

Dan akhirnya, mereka mati. Dengan hati yang hancur.”

Keheningan memenuhi ruangan untuk waktu yang cukup lama sebelum Jim Stockdale melanjutkan kalimatnya,

“Ini adalah pembelajaran yang sangat penting. Kamu tidak boleh mencampur-adukkan rasa percaya bahwa kamu akan bertahan hingga akhir – iman yang tidak boleh pernah hilang – dengan disiplin untuk menghadapi fakta brutal dari realita yang ada, apa pun itu.”

Bukan saja Jim Stockdale bertahan, setelah bebas, ia bahkan menjadikan pengalaman mengerikan itu sebagai titik penting dalam hidupnya untuk memberkati orang lain.

Biarlah nasihat dari Jim Stockdale ini bisa kita pakai dalam keunikan perjuangan kita masing-masing pada hari ini.

Aplikasi untuk Ayah dan Ibu:

Saya mengerti bahwa tidak semua anak bisa diberikan dosis optimisme dan realisme yang sama. Namun, sebagai ayah dan ibu, kita perlu memberikan kepada mereka kedua hal itu agar anak-anak bisa belajar sejak dini untuk tetap beriman tanpa mengabaikan informasi yang benar dan valid.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here