“Usul dong, gimana kalau tanggal 5 Mei diperingati sebagai Hari Patah Hati Sedunia?”

Wacana tersebut meluncur dari seorang netizen yang mungkin merupakan anggota sad boys, barisan sobat ambyar pria yang memuja Lord Didi.

Memang apa sih istimewanya seorang Didi Kempot, seniman campursari senior Indonesia yang baru saja berpulang itu? Apa pula yang membuat seorang pria tulen Jawa Tengah itu mendapatkan gelar keinggris-inggrisan, seperti Lord Didi?

Setelah membaca pelbagai berita dan mengamati cuplikan konsernya, saya menyimpulkan beberapa hal ini. Memang hanya Lord Didi yang bisa:

Mengangkat kisah trotoar ke kancah internasional

Ingin terkenal seperti kakaknya. Itulah yang menjadi keinginan Didi Kempot. Ia memilih meninggalkan bangku SMU dan mengejar impian. Berbekal sebuah gitar, ia mengadu nasib ke Jakarta.

Karir bermusiknya diawali dengan mengamen yang berulangkali disebutnya di kemudian hari sebagai latihan mental. Kelak atribut sebagai pengamen itu terus dipakai hingga karpet merah tergelar baginya. Kempot, yang adalah singkatan dari Kelompok Pengamen Trotoar— menjadi nama panggung yang unik sekaligus mencuri perhatian.

Tak banyak yang mengenal nama Dionisius Prasetyo. Namun, nama Didi Kempot, begitu terkenal di seluruh pelosok negeri. Bahkan sobat ambyar dapat dijumpai di Suriname dan Amerika. Hanya Lord Didi yang bisa membubuhkan sejarah jalanan ke tingkat dunia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here