#3 Leukimia
Dua minggu yang lalu, kami mendapat kabar seorang sahabat dirawat di rumah sakit untuk kedua kalinya. Dua bulan yang lalu ia juga menjalani rawat inap karena penyebab yang sama: hemoglobinnya terlampau rendah! Kami menyiapkan diri untuk berita “terburuk”. Namun, ketika berita itu benar-benar tiba, hati ini rasanya tidak akan pernah siap.
Persis seminggu sebelum ulang tahunnya, ia divonis mengidap Acute Lymphoblastic Leukimia. Ketika berita itu sampai di tangan, pikiran saya kosong. Saya tidak bisa menangis, tapi juga tak mampu berpikir apa yang harus dilakukan, mengirim pesan padanya saja tak sanggup. Saya benar-benar kalut, tak tahu harus berbuat apa.
Satu minggu ini berlalu begitu cepat. Melewati banyak rintangan dan pertimbangan akhirnya ia terbang menuju Kuala Lumpur untuk menerima pengobatan di sana. Sendiri. Suami dan anak tunggal mereka harus tetap tinggal di Surabaya.
Dalam masa yang tidak mudah ini, ia menuliskan kalimat ini:
“When I ponder upon the current situation of our family, I can’t help realizing that God has His plan for each and everyone of us. Though we are parted, we are doing the will of God together. That for me is a wonderful thing to praise the Lord for. We hope you share the same excitement as we.”
Saya pikir tak ada seorangpun yang merasa excited ketika harus menjalani kemoterapi sendiri, jauh dari keluarga yang terkasih. Namun, tulisannya menggugah hati dan mengingatkan saya akan sebuah ajaran dari Sang Guru Agung.
“Dengan kekuatiran kamu tidak sanggup menambah sedetik pun pada umurmu. Jadi, tidak usah kuatir! Tidak usah kuatir akan hari esok. Karena tiap-tiap hari mempunyai pergumulannya sendiri. Cukuplah jalani pergumulan hari ini. Jangan tambah lagi dengan pergumulan hari yang akan datang.”
Ya…tidak usah kuatir dengan segunung tumpukan pakaian yang menunggu disetrika. Yang mampu dicuci dan disetrika hari ini, cukup untuk hari ini. Esok mempunyai cucian dan setrikaannya sendiri.
Ya…tidak usah kuatir dengan SPP bulan depan. Cukup bayar SPP bulan ini. Jangan tambah lagi kuatirmu dengan SPP bulan yang akan datang.
Ya…tidak usah kuatir dengan kemoterapinya besok. Hari ini mempunyai pergumulannya sendiri. Jangan tambah lagi dengan perawatan dan pengobatannya yang akan datang.
Tidak usah kuatir! Disruption hari ini cukup untuk hari ini. Esok memiliki disruptionnya sendiri.
Memang, beban dan pergumulan itu tidak lantas langsung menghilang. Namun menghadapi sehari demi sehari, menjalaninya tanpa kuatir berlebih akan hari esok, membuat kita tetap berpijak pada hari ini dan tetap melangkah menyongsong esok. Selalu ada pergumulan “baru” setiap hari, tetapi juga selalu ada energi dan harapan yang baru untuk menaklukkannya.
*Tulisan ini didedikasikan untuk Elsie Puah Lukito, seorang pejuang tangguh yang menginspirasi; seorang yang kami sebut sahabat.