Rekan-rekan sebangsa setanah air yang sampai hari ini masih #dirumahaja, bagaimana kabar Anda? Sudah mulai jenuh? Atau sudah mulai tak tahan? Tetap #dirumahaja ya, demi keamanan kita bersama.
Ngomong-ngomong, ada satu hal menarik terkait gerakan #dirumahaja yang mendunia ini. Sebuah studi di China mengatakan bahwa angka perceraian makin meningkat ketika Wuhan melakukan lockdown selama beberapa bulan. Sewaktu saya melontarkan hasil studi ini dalam komunitas saya, banyak rekan yang bertanya dan bingung, harusnya kalau di-lockdown, suami istri makin rukun, kok bisa bercerai?
Nah kalau menurut pengamatan saya, kira-kira tiga hal inilah penyebabnya, fRRiends.
1. Rumah Berubah Fungsi dari Tempat Beristirahat, Menjadi Tempat Melakukan Segalanya
Saya memahami banyak karyawan yang terpaksa dirumahkan oleh perusahaan demi keamanan. Akhirnya semua pekerjaan harus dilakukan dari rumah. Rumah yang tadinya adalah tempat beristirahat selepas kerja, bersantai-santai dengan keluarga, bercengkerama sambil melepas penat, kini malah menjadi tempat untuk bekerja.
Tidak hanya ayah atau ibu yang terpaksa bekerja dari rumah. Anak-anak juga harus dirumahkan dan melakukan aktivitas belajarnya di rumah. Dengan catatan: didampingi oleh orangtuanya.
Lengkap sudah! Kini orangtua tak hanya harus mengejar deadline dari atasan yang tak peduli bagaimana situasi dan kondisi di rumah, tetapi juga harus mengajari si kecil yang lebih senang bermain ketimbang belajar di rumah.
Akibatnya… seisi rumah pun dipenuhi dengan ketegangan. Tempat yang tadinya terasa menenangkan dan bisa menghilangkan segala penat serta kejenuhan di tempat kerja, kini berubah menjadi neraka.
Ayah menjadi tegang. Ibu menjadi tegang. Anak menumpahkan susunya di lembar pekerjaan rumahnya. Dan pecahlah perang dunia ke 3.