“Suami BCL meninggal?” seru seorang rekan kerja dengan heboh. Pagi-pagi sekali kantor kami sudah heboh membicarakan kehilangan yang mendadak ini.
Peristiwa ini mengingatkan saya pada apa yang kami sekeluarga hadapi enam tahun silam. Memang, waktu itu almarhum papa sempat sakit. Namun, tidak sedikit pun terbesit dalam benak bahwa ia akan pergi meninggalkan kami untuk selamanya.
Jelas kepergiannya mengejutkan. Kami terkejut, orang lain juga. Bahkan lebih terkejut lagi ketika kami tampak tegar.
Sebenarnya, kami tidak setegar itu.
Terlalu shock karena ditinggal mendadak, kami justru sangat tidak siap untuk berduka. Tidak siap untuk menerima kenyataan. Hari-hari di rumah persemayaman jenazah dan pemakaman tampak seperti mimpi saja. Rasanya seakan tidak nyata.
Ketika kami pulang ke rumah dan menjalani hari demi hari tanpa papa, barulah rasa kehilangan dan kesedihan yang mendalam menguasai hati kami. Saking patah hatinya, Mama pun tidak mau lagi tinggal di rumah kami. Akhirnya, kami sekeluarga pindah ke rumah nenek.
Beberapa bulan kemudian, saya masih sangat kehilangan. Suatu waktu saya tidak kuasa menahan tangis. Seorang teman menghardik saya, katanya jangan terlalu berlarut-larut dalam kesedihan. Sebagai orang yang tidak pernah kehilangan orang terdekat, dia tidak tahu apa yang saya rasakan. Saat itu saya sempat sakit hati. Namun sekarang saya sudah mengampuninya.
Saya bersyukur, ada seorang sahabat sekaligus teman sekamar saya, waktu itu mengizinkan saya menangis sepuasnya, walaupun dia juga belum pernah merasa kehilangan seperti saya.
Sampai lewat beberapa tahun, ada kalanya tiba-tiba saya bisa menangis ketika menyadari bahwa saya telah kehilangan papa. Demikian juga dengan mama dan adik saya. Butuh waktu yang cukup panjang untuk kami bisa mengatasi rasa kehilangan orang yang paling kami kasihi. Suami dan mertua saya yang lebih dahulu berpengalaman juga mengungkapkan hal serupa.
Setelah melalui masa duka dan kehilangan ini, saya rasa pelayanan duka dan penghiburan yang sejati bukanlah saat kita pergi melayat dan turut bersama keluarga ke pemakaman.
Menurut saya, penghiburan dan pelayanan kedukaan yang sejati berperan ketika:
- Kita membiarkan mereka yang kehilangan menangis dan berduka, tanpa melarang mereka untuk menangis dan mengungkapkan kedukaan yang mendalam.
- Kita turut berduka bersama mereka.
- Kita terus mendampingi dan mendukung mereka pada hari-hari setelahnya sampai mereka pulih dan bangkit.
Bagi kami yang kehilangan, orang-orang yang mengizinkan kami berduka, bahkan menangis bersama kami adalah sahabat sejati.
Baca Juga:
Ketika Meninggalnya Ashraf Sinclair Segera Menjadi Iklan Jasa Tertentu. Di Mana Hati Nurani?
Kematian Mendadak Ashraf Sinclair Menyingkap Satu Rahasia Kehidupan Ini