3. Jangan terlalu percaya bahwa hubungan seks akan menyelesaikan semua masalah
Sebagian orang yang berpacaran sudah melakukan hubungan seks sebelum pernikahan. Hubungan seks pranikah ini dilihat sebagai pengikat relasi, walau pada realitanya banyak hubungan kandas justru setelah keperawanan atau keperjakaan didapatkan. Mereka yang melakukan seks pranikah seringkali melihat tindakan ini sebagai peredam konflik yang terjadi. Setiap masalah dan konflik diselesaikan di ranjang, melalui hubungan seks. Ketika kepuasan didapatkan, maka seolah-olah masalah hilang dengan sendirinya.
Sayangnya, di dalam pernikahan pola ini justru tidak dapat berlangsung. Hubungan seks tidak lagi mujarab sebagai penyelesai konflik. Malah sebaliknya yang terjadi: bila konflik sedang terjadi, tak ada lagi hasrat untuk melakukan hubungan seks. Mengapa demikian? Ya, memang buah curian seringkali terasa lebih manis daripada hasil membeli. Apa yang dilarang terasa lebih menantang, daripada apa yang sudah menjadi halal. Hubungan seks di dalam pernikahan malah tak berperan banyak dalam menyelesaikan masalah.
Orang bijak belajar dari pengalaman. Namun, kadang terlalu mahal harganya jika kita harus melulu belajar dari pengalaman sendiri. Belajarlah dari pengalaman orang lain, agar menjadi bekal yang berharga dalam menghadapi masa depan.
Ingat, penyesalan selalu datang belakangan. Yang datang di depan hanyalah pendaftaran!