3. Melihat anak sebagai anugerah

Bicara soal anak, supaya tetap waras, berpikirlah bahwa tiap anak punya kesulitan tersendiri.

Contohnya saya. Tiga puluh tujuh tahun yang lalu saya lahir prematur dengan berat hanya 1.7 kilogram. Terbayang, kan, betapa luar biasa susahnya ibu saya – yang saat itu baru berusia 19 tahun – mengurus saya yang hampir mati karena terkena penyakit kuning?

Bagi ibu saya,

anak adalah anugerah terbesar yang Tuhan izinkan hadir dalam hidupnya.

Jadi, apa pun risiko yang harus dihadapi untuk membesarkannya, harus dihadapi. Tidak untuk selamanya kita terperangkap dalam keadaan yang sulit, kok, percayalah.

Baca Juga: Dian Sastro dan Sebuah Pintu ke Dunia Ajaib yang Telah Dibukakannya

4. Selalu semangat

Orang bijak berkata, semangat yang patah mengeringkan tulang. Saya sangat setuju!

Semangat merupakan pelumas atau minyak bagi kehidupan. Semangat di hati harus tetap terpelihara hingga hidup selalu optimis.

Begitulah seorang ibu muda, 30-an tahun lalu, menjalani hari-harinya. Semua ia tekuni: Menjahit, menyetir, menjual barang, memasak, bahkan mengajar.

Untuk tetap waras menjalani beratnya hidup dalam pernikahan, jagalah semangat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here