Akhir-akhir ini marak sekali kita dapati program promosi di bidang apa pun. Promosi itu berupa pembelian satu unit barang tertentu, dan kemudian mendapatkan gratis satu unit barang yang sama. Itu berarti konsumen mendapatkan discount 50% dari item produk yang dibelinya.

Program ini sangat diminati, bahkan ditunggu oleh konsumen. Termasuk saya sendiri … he … he … he.

Hampir semua pakaian yang saya pakai, dibeli saat ada diskon dan bonus gratisan. Tidak jarang saya mendapatkan barang-barang yang sangat bagus, tetapi dengan kondisi murah, karena adanya program promosi tersebut.

Sebagai seorang marketer, saya juga sering mengadakan program ini untuk mendongkrak penjualan. Apalagi saat penjualan sedang sepi. Selama program yang ditawarkan menarik, pastilah sangat efektif untuk mengangkat angka penjualan. Tidak mengherankan, program ini merupakan salah satu strategi yang ampuh.  

Sayangnya, tidak semua perusahaan atau pebisnis yang mengadakan program ini dengan benar. Apa maksudnya dengan benar?

Ternyata, banyak pebisnis menjalankan program ini

untuk menghabiskan stok barang-barang mereka yang mungkin tidak laku, karena kualitasnya jelek.

Tidak salah, sih, kalau ada yang melakukannya, karena mereka pastilah harus mempertanggungjawabkan apa yang menjadi beban di tim penjualan atau perusahaannya. Akan tetapi, saat program itu hanya dibuat untuk menghabiskan stok barang yang tidak baik, biasanya program akan mengalami kegagalan, sehingga tujuan untuk meningkatkan penjualan tidak tercapai. Apa yang dilakukan sia-sia belaka.

Sangat disayangkan sekali, karena reputasi (image) perusahaan juga dipertaruhkan, saat mereka mengadakan program tersebut. Ingatlah, konsumen saat ini sangat kritis dan jeli dalam memilih program yang ditawarkan.

Jangan kaget, kalau banyak konsumen yang ngomel dan kecewa saat menanggapi promosi penjualan yang ada, bahkan ada yang kapok untuk membeli barang yang dipromosikan. Lebih celaka lagi, kalau image yang menancap di benak konsumen adalah bahwa perusahaan atau pebisnis itu hanya menjual barang-barang yang mutunya jelek.

Saya sendiri pernah “keblubuk” membeli produk buy one get one, tetapi ternyata mutunya sangat jelek, sekali dipakai langsung rusak.

Dengan bergurau saya berkata ke istri, “Gratisan jelok apik,” atau, “Murah jelok selamet.”

Kata-kata itu sebenarnya hanya untuk menghibur diri saja, he … he … he.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here