Saudara ipar saya seorang penginjil. Ia baru saja kembali dari Palestina, Jalur Gaza, setelah melakukan penginjilan di sana. Ia menceritakan bagaimana ia dan keenam rekannya ditangkap oleh ISIS, lalu diselamatkan oleh penduduk setempat dan diungsikan ke desa lainnya.
Namun, di samping kisah yang luar biasa tentang bagaimana ia berhasil lepas dari ancaman maut, ada sebuah kisah lain yang sungguh melekat dalam benak saya.
Ia menyendokkan segumpal daging yang sudah benar-benar gosong itu ke dalam mulutnya. Kami sedang menikmati makanan all you can eat di sebuah restoran, di mana kita bisa memesan sebanyak apa pun daging yang kita mau.
“Jika kamu pernah melihat bagaimana anak-anak di Gaza memperebutkan segumpal daging yang gosong seperti ini, kamu tidak akan pernah lagi menyisakan makanan bahkan yang gosong seperti ini di piringmu.”
Saya tentu tidak pernah berpikir, bagaimana daging yang telah menghitam karena terlalu lama dipanggang di atas api bisa jadi bahan rebutan.
Akan tetapi, saudara ipar saya menyaksikan sendiri, anak-anak yang kelaparan di sana rela memakan apa pun demi mengisi perut mereka dan bertahan hidup.